26. Kotak Rahasia

10 9 50
                                    

26. KOTAK RAHASIA

Kayla tidak tahu jam berapa sekarang. Ketika paginya dia membuka mata, matahari sudah bersinar tepat di samping jendela. Menguap lebar, rasa kantuk masih menggelayut kedua matanya. Saat melihat jam dinding, angka sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat sepuluh menit.

Ada rasa lega karena hari ini adalah hari Jumat, bertepatan dengan tanggal merah. Anehnya, Kayla juga merasa kekosongan tanpa jati diri di saat bersamaan. Memaksakan diri turun dari ranjang, dia mengabaikan rambut berantakannga yang terlihat sekilas di kaca rias. Gadis itu menyeret langkahnya ke satu arah dan melihat ke luar jendela.

Dan pemandangan yang dilihatnya membuat gadis itu membeku.

Di teras rumah, Dylan sedang duduk sambil mengobrol dengan ayahnya. Cowok itu melihatnya dan memberi isyarat dengan lambaian tangan. Kayla buru-buru menutup gorden kamar.

Panik, dia mencari ponsel untuk menghubungi ketiga sahabatnya. Sayang, benda yang dicarinya tidak ada.

Suara ketukan pintu membuatnya menoleh. Bi Ani berdiri di sana.

"Tadi Bibi lupa bangunin kamu, Non. Kata pacar Non jangan dibangunin, takut Non marah—"

"Dia bukan cowok aku!" bantah Kayla dengan pipi hangat.

"Mas Dylan yang melarang Bibi membangunkan Non. Katanya biar Non istirahat yang cukup. Wah, bisa manis juga ya? Eh iya, Non. Dia sudah duduk di teras lebih dari setengah jam, lho. Dan kayaknya, Ayah Non pun betah ngobrol sama Mas Dylan." Bibi mengerling dengan kurang ajar.

Kepala Kayla terasa pengar seketika. Belum lagi ketersediaan oksigen yang seakan menyusut dengan misterius. Gadis itu cuma mampu memandangi Bi Ani dengan tidak berdaya.

"Mending Non Kayla mandi. Soalnya Mas Dylan mau ngajakin jalan-jalan. Kasian Mas Dylan udah nungguin dari jam 8 pagi."

"Jam 8 pagi?" tanya Kayla, kaget.

"Iya."

Kayla tidak punya energi untuk mengekspresikan rasa kagetnya. Gadis itu menuruti ucapan Bi Ani untuk segera mandi. Keluar dari kamar mandi, dia terpana melihat pakaian yang dipilihkan Bi Ani.

"Sebelum Non protes, Bibi cuma mau bilang kalau Non selalu cantik," kata Bi Ani, defentif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebelum Non protes, Bibi cuma mau bilang kalau Non selalu cantik," kata Bi Ani, defentif.

Kayla benci karena dia tidak bisa memberikan perlawanan. Gadis itu mengutuki diri sambil mulai berpakaian. Merutuki hatinya yang lemah dan terlalu mudah terbujuk. Senyum dan lambaian tangan Dylan menjadi kejatuhannya yang pertama. Dan ayahnya membuat segalanya menjadi lebih parah.

"Asik, tuan putri Ayah udah bangun dari kematian!" puji ayah Kayla yang telah turun dari anak tangga.

"Yah, udahlah..." gerutu Kayla sambil menutup wajah karena malu, sedangkan ayahnya tampak puas melihat putrinya seperti itu. Dylan? Ya cowok itu malah kesenangan.

THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang