48. Masalah Masa Lalu

5 7 15
                                    

Kayla keluar kelasnya dengan cepat-cepat. Perempuan itu masuk ke dalam perpustakaan. Lalu dia tidak sengajak menabrak seseorang dari belakang. Kayla refleks menoleh dan menemukan Dylan. Cowok itu sedang membawa lap di tangannya.

"Lo ngapain di sini?" suara berat Dylan membuat Kayla hampir bergidik ngeri karena mereka hanya berdua di sini.

"Eee... ya—ya... ambil buku!" Kayla dengan gugup mengambil buku di depannya. Dylan mengerutkan keningnya memperhatikan Kayla.

"Ngambil buku?"

"Iya! Buku," Kayla memandang Dylan, meyakinkan cowok itu agar percaya.

Dylan terkekeh sinis lalu cowok itu geleng-geleng kepala geli. "Buku? Itu yang lo pegang buku dongeng. Lo emang masih kaya kecil. Dasar anak TK," cemooh Dylan tanpa memikirkan perasaan Kayla.

"Ya udah kan aku salah ambil," cicit Kayla.

"Penampilan lo juga beda hari ini," kata Dylan.

"Kenapa? Jelek, ya?"

"Cocoknya lo itu pake bando kaya dulu. Biar jelek, dekil, gak keurus, culun, kayak anak polos! Biar gak ada yang suka sama lo." Dylan mendengus setelah mengatakannya.

Kayla terdiam sejenak. "Kenapa sih kayaknya kamu seneng banget bikin aku sakit hati? Apa aku gak boleh berusaha cantik?" Kayla bertanya dengan nada suara pelan. Tarikan napasnya pun terdengar sedikit parau.

"Aku udah berusaha berpenampilan cantik supaya kamu gak minder saat deket aku. Kalau kamu gak suka, kita jauhan aja. Gampang kan?"

Kayla mundur ke belakang namun Dylan lansung menahannya. Kedua matanya menyirat luka sementara Dylan seperti mempertimbangkan sesuatu. Membuat Kayla tidak bisa pergi darinya. Dylan menarih lap-nya ke atas meja. Lalu kini kedua mata Dylan menatap Kayla teduh.

"Makanya lo denger dulu. Gue belom selesai ngomong," Dylan menatap dengan pandangan bersalah lalu menarik wajah Kayla dengan kedua tangannya yang berada di pipi Kayia. Membuag Kayla seperti merasa tersengat karena dinginnya tangan Dylan.

"Cewek culun kesayangan gue." Dylan semakin dekat dengan wajah Kayla. "Kenapa sih lo harus ngubah penampilan lo buat gue?"

"Takut kamu minder."

"Udah mulai suka?"

Kayla mendengus. Salah juga nih.

"Nggak perlu kayak gini, Kay. Lo cantik, tapi lo gak perlu ngubah penampilan lo demi gue. Nanti banyak cowok yang suka sama lo. Gue gak mau nambah saingan. Belom pacaran aja udah dapet saingan, gimana kalo udah?"

"Kamu cemburu?"

"Jelas." Dylan menjawab cepat. "Lo kaya cewek nakal kalau seragam lo diketatin kayak gini. Gak kayak Kayla yang gue kenal."

Kayla terdiam. Wajahnya menunduk membuat rambutnya yang terurai menutupi wajah. "Aku mau ke kelas." Kayla menaruh buku tadi ke tempatnya semula lalu keluar namun Dylan mengejarnya.

"Kay," Dylan menarik sebelah tangan Kayla membuat Kayla menoleh. Dylan mendadak kehilangan kata-kata yang ingin ia sampaikan pada Kayla.

"Jalan yuk?"

*

"Masih sakit?" Kayla memperhatikan bekas luka Dylan di wajah lelaki itu. Bekas luka ini adalah hasil dari perkelahiannya dengan cowok asing di taman umum tadi sore. Dylan hanya berusaha melindungi Kayla.

"Tiupin."

Kayla menurut. Dia meniup bekas luka di dahu Dylan yang sudah diberikan betadin itu. Dylan tersenyum karena Kayla begitu perhatian dengannya.

"Ada yang mau aku omongin, Lan."

Dari nada suaranya yang serius itu membuat Dylan menatapnya. Tidak biasanya Kayla seperti ini. "Kenapa? Lo ada masalah?"

"Ini soal Tamara?"

Dylan mengerutkan kening. "Kenapa dia?"

Kayla menyembunyikan kepedihan yang membengkak di dadanya. Gadis itu mengepalkan tangan, mencari kekuatan yang sangat dibutuhkannya saat ini.

"Lan, aku tau apa yang terjadi saat kamu sama Tamara..."

"Pasti Tamara kasih tau yang enggak-enggak," Dylan mendesah. "Padahal gue punya alasan kenapa gue gak mau kasih tau lo, Kay. Gue gak mau lo salah paham. Kalau situasinya udah lebih tenang, baru gue ngomong sama lo."

Kayla tidak menyukai alasan itu. "Kalau kamu percaya sama aku, harusnya kamu nggak nyimpan rahasia. Apa sih susahnya bilang kalau orang yang bikin masalah adala Tamara. Tapi, karena kamu berahasia, aku jadi curiga."

"Lo mau bilang apa?" tukas Dylan. Ketidaksukaannya akan kalimat Kayla, tergambar jelas.

"Kamu pernah mabuk-mabukkan sama Tamara." Kayla berujar jelas. "Tamara yang kasih tau ke aku. Mungkin seharusnya aku gak usah cemburu karena aku bukan siapa-siapanya kamu. Aku cuma kaget, kalau kamu ngelakuin itu di saat hubungan kita lagi retak. Jadi itu kebiasaan kamu kalau lagi berantem sama cewek, Lan? Pelampiasnya ke cewek lain?"

"Lo nggak percaya kalau Tamara nggak penting buat gue? Gue nggak punya perasaan apa pun sama dia!"

"Justru kamu nunjukin kalau aku yang nggak penting buat kamu!" balas Kayla cepat. "Gimana aku bisa percaya sama kamu kalau masalah ini gini aja kamu nggak mau terus terang? Kamu kira aku suka jadi orang terakhir? Kamu kira aku senang dijadiin pelampiasan kamu doang?"

"Pelampiasan?" Dylan tertawa pelan. "Seperti yang lo liat." Dylan menyahut seadanya membuat Kayla dilanda keterdiaman panjang. Kayla beranjak dan hendak pergi dari hadapan Dylan karena marah.

"Kay!" panggil Dylan namun Kayla tak mau mneoleh. "KAY!" Dylan mengejar Kayla. Dara pernah kecelakaan gara-gara tabrak lari sehingga Dylan tidak akan membiarkan Kayla bernasib sama. Kayla malah semakin ingin menyeberang jalan. "KAYLA!"

Dylan menarik tangan Kayla dengan sekali hentak membuat Kayla yang mau menyebrang jalan yang sedang ramai kembali ke trotoar. Dylan dan Kayla sama-sama saling pandang. Mereka tahu ada yang rusak dan hancur di antar mereka. Dinginnya angin malam menusuk kulit.

"Bodoh!" Dylan marah. "Dasar ceroboh! Nanti kalau lo ketabrak gimana?!" Dylan memarahinya. Kedua pandangan Dylan menukik tajam pada Kayla. Cowok itu sedang ketakutan. Terbukti dengan tangannya yang sedikit gemetar karena kejadian tadi.

"Kalau lo jalan tuh liat! Jangan asal sembarangan nyebranh! Ntar kalau lo kenapa-napa gimana?!"

"Maaf," Kayla hanya hanya membalas pendek karena hari itu sudah malam dan semakin dingin.

*

THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang