24. Jadi Vokalis

9 7 68
                                    

24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24. JADI VOKALIS

"Vokal, drum, bas, piano, gitar... kalian mau main yang mana?" tanya Dylan setelah menutup pintu ruang musik. Ada sekitar enam orang di dalam ruangan itu, termasuk Kayla, sebagai pengawas.

Ada Evan, wakil ketua band. Calvin, murid dari jurusan IPS, Tobias, dan Ezra si cowok kacamata. Sebenarnya anggota mereka ada banyak, tapi mereka lagi berhalangan sehingga hanya ber-6 yang hadir sore itu.

"Gue bisa sih main gitar, tapi nggak sebagus dulu. Gak pa-pa?" tanya Ezra.

"Gue mau drum dong! Udah lama nggak main!" seru Tobias.

"Lo vokalis aja, Tob. Suara lo kan bagus." Evan berujar.

"Lo ngejek gue, ya? Sejak kapan suara gue bagus cocok jadi vokalis? Yang ada kaca-kaca sekolah pecah—"

"Jangan bercanda!" Dylan melempar botol ke badan kedua cowok itu. Evan meringis, sedangkan Tobias melotot tapi tidak mengatakan apa-apa. Sementara itu Kayla hanya diam memperhatikan.

"Kita nggak punya banyak waktu buat ngobrol gak jelas kaya gini. Kalo kalian gak bisa serius, lebih baik gue pilihin."

Tidak ada yang membantah.

"Setelah gue pilih pembagiannya, gue mau kita latihan setiap hari Jumat. Di sini. Pulang sekolah."

"Shap, Bos." Tobias mengangat ibu jari.

"Itu lebih baik," batin Kayla.

"Gue mau Kayla jadi vokalisnya."

Apa dia salah dengar? Sepertinya tidak. Semua orang di ruangan itu kini memandangnya. Dylan juga. Jantung Kayla berdetak cepat seiring waktu terus berjalan. Mau tau apa yang terkampret di dunia ini? Ya, posisi Kayla sekarang.

"Aku nggak bisa."

Dylan mengernyit, menatap pada Kayla yang masih duduk di atas kursi. "Apanya yang nggak bisa?"

"Aku nggak bisa jadi vokalis."

"Kay—"

"Dylan." Kayla memotong cepat, dengan suara tenang. Nyari tidak ada riak emosi di dalamnya, yang tersirat cuma ketegasan. "Aku rasa jawaban udah jelas. Aku nggak bisa jadi vokalis. Aku bukan anak band. Aku nggak mau. Titik."

"Apa kata orang kalau lo bisa nyanyi?"

"Dari mana kamu tau aku bisa nyanyi?"

Dylan tersenyum tipis. "Itu nggak penting untuk dijawab. Lagipula, it's not like gue maksa lo jadi vokalis dengan cara kekerasan yang bisa lo laporin ke guru supaya lo ada alasan, kan?"

"Bisa nggak, kamu profesiona—"

"Nggak."

"Dylan—"

"Saat gue udah bener-bener mutusin, gue mau band angkatan gue ini berakhir manis. Belom ada vokalis cewek sebelumnya. Selalu cowok. Dan gue mau lo yang pertama dan yang terakhir di kali ini. It's your first time, Kayla."

THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang