58. Hari Kelulusan

10 8 54
                                    

Kayla berdiri di atas balkon kamarnya. Angin malam ini menyentuh pipinya dengan lembut.

Ia menghirup napas dalam-dalam, berusaha meredakan hatinya yang kacau. Hatinya kacau dan tak senang semenjak kejadian petang itu.

Keputusan Dylan untuk meninggalkannya membuat Kayla uring-uringan. Sikap Dylan begitu berubah. Bulan depan Kayla akan berangkat ke Australia untuk melanjutkan kuliahnya. Kayla tidak tahu, sampai kapan dia bisa bertahan dengan waktu dan jarak yang begitu jauh dari Dylan.

Kenapa gak LDR aja?

Kenapa harus berhenti?

Sibuk merasakan angin yang berembus di balkon, Kayla sampai tidak sadar ada yang masuk ke kamarnya. Seseorang itu menatap bagian belakang tubuh Kayla dengan pandangan sulit diartikan.

Ada pandangan sedih di mata itu ketika melihat Kayla melamun di balkon. Seseorang itu mendekat ke arah Kayla. Kayla sedikit terhenyak, tapi saat ia melihat pria yang menyentuh pundaknha adalah ayahnya, Kayla terdiam.

"Lagi apa?" tanya Ayah pelan.

Kayla masih enggan menjawab.

"Kamu masih marah sama Ayah?"

"Aku gak marah sama Ayah." Kayla menjawab. Ia tahu, walaupun ia mengatakan masih marah, Ayahnya akan tetap keputusannya. Begitu pula dengan Dylan. Apapun tidak akan mengubah keputusannya.

"Maafkan Ayah..."

"Untuk apa meminta maaf?" Kali ini Kayla lansung menanggapi perkataan pria itu.

"Maaf jika keputusan Ayah menyakitimu. Tapi Ayah hanya ingin melakukan yang terbaik untukmu."

Kayla spontan menghadapkan tubuhnya ke arah Ayah, menatap pria itu dengan kedua maga bulatnya. "Bagaimana jika yang Ayah lakukan tidak sepenuhnya baik untukku? Bagaimana jika aku malah terluka dengan keputusan yang Ayah buat?"

Ayahnya membantu. Ia tidak menyangka Kayla begitu terluka atas keputusannya untuk menghentikan hubungannya dengan Dylan.

"Ayah yakin ini yang terbaik untukmu, Kayla. Sudah cukup, jangan bahas itu lagi. Sekarang kita makan malam ya?"

Kayla mendengus pelan menanggapi perkataan Ayahnya. Kayla mau tidak mau hanya bisa menuruti perkataan Ayahnya. Terlalu sulit untuknya menghindar dari semua keinginan pria itu.

Saat di ruang makan, Kayla hanya memakan makanannya tanpa banyak bicara. Makan malam kali ini adalah makan malam paling sepi yang pernah Kayla dan keluarganya rasakan. Ibunya pun sadar Kayla masih marah pada keputusan orangtuanya. Hal itu membuatnya semakin resah dan ketakutan.

"Aku udah selesai," kata Kayla singkat.

Gadis itu meninggalkan meja makan, dan menaiki tangga untuk menuju ke kamar. Hati Ayah dan Ibunya berdenyut nyeri ketika melihat Kayla pergi.

"Apa yang harus kita lakukan?" Suara Ibu Kayla terdengar serak.

*

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang