9. Penyanyi yang Manis

7 7 132
                                    

Jangan lupa vote and comment ya!❤️

"Hei, Dylan, lo ajak sia..." Mata Evan mendadak membulat. "Kayla?"

"Hai, Evan," sapa Kayla pada cowok itu, agak geli karena dia nyari tidak mengenalinya. "Ternyata kerjaan kalian di akhir Minggu itu gini ya."

Evan gelagapan sejenak. "Nggak sering kok. Biasanya gue di rumah, nonton tipi, mangkas rumput, bantuin nyokap arisan—"

"Sejak kapan lo jadi anak rumahan gitu?" gerutu Alex. "Jadi selama ini yang kelayapan sama gue itu foto lo yang seukuran dengan lo yang sebenarnya..."

Ucapan Alex terhentu saat dia disikuti Evan, berganti dengan seringai penuh kesakitan.

"Tenang, Van," ucap Kayla. "Meski kamu berterus terang, aku nggak akan minta kamu ajak-ajak aku dalam setiap acaramu."

Tampang Evan yang diwarnai kelegaan memberitahu Kayla bahwa memang dirinya canggung akan kehadiran Kayla.

"Wakil ketua OSIS."

Nyali Kayla seketika menciut saat Lila maju seraya melipat tangan di depan dada. Biasanya dia tidak pernah seberani ini—malah tadinya Kayla mengira dia segen pada penampilan barunya.

"Ngapain sih wakil ketua OSIS datang ke sini?" tanyanya dengan wajah tidak senang. "Kan kita nggak ngajak!"

Jleb.

"Apa nggak puas nyuruh-nyuruh kita kerja waktu sekolah, sampe-sampe harus nyamperin kita ke sini?"

Jleb.

"Mendingan wakil ketua OSIS pulang aja deh daripada ngerusak acara kita bersenang-senang..."

"Jangan dong." Kayla tersenyak saat bahunya dirangkul Dylan. "Kalo dia pulang, nanti gue yang sedih."

Bukan cuma Kayla yang kaget. Semua orang, termasuk Evan dan Alex, tampak shock melihat perlakuan Dylan pada Kayla.

"Kok... kok gitu?" tanya Lila tergagap.

"Udah jelas kan? Karena gue yang ngajak dia ke sini. Ya nggak, Kay? Tadinya lo udah nolak, kan?"

Ya mana mungkin aku ngomong, "iya tadinya aku nggak mau karena takut jadi kambing congek."

"Lagian, seinget gue, kayaknya Kayla nggak pernah suruh kalian kerja deh. Kalian kan selalu cuma ngobrol aja di ruang OSIS atau waktu lagi ada kegiatan. Yang bantuin Kayla ya, gue doang! Jelas dong, dia berhak seneng-seneng dikit, setelah ngerjain semua bagian kalian!"

Kali ini mereka semua gelagapan.

"Kalo kalian merasa tenganggu, aku pulang aja. Nggak papa kok." Kayla semakin shock saat Dylan membimbingnya memisahkan diri dari kerumunan itu.

"Kenapa lo ngomong gitu?" tanya Dylan.

"Ya aku nggak mau ngerusak hari libur kalian hanya gara-gara aku. Kamu nggak liat Lila dan yang lain? Mereka nggak suka ada aku."

"Kalo mereka merasa terganggu, ya bodoamat." Dylan berucap. "Malahan jujur, gue lebih suka lo ada di sini. Tapi gue nggak peduli mereka suka atau enggak dengan kehadiran lo. Ini tanggungjawab gue karena udah ngajak lo pergi."

"Kalian kalau nggak suka sama Kayla, mending jalan sendiri aja. Biar gue jalan berdua sama dia. Gue ikut kalian karena kasian aja. Nggak tega gue setelah kalian mohon-mohon supaya gue main sama kalian." Dylan berucap pada teman-temannya.

Belum pernah Kayla mendengar Dylan, si playboy yang hobi bermulut manis, mengucapkan perkataan panjang lebar yang begitu keras dan menyakitkan.

Kayla bisa melihat beberapa pasang mata yang berkaca-kaca, sementara sisanya berwajah merah, seperti sedang menahan malu.

THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang