48. Rencana Balas Dendam

16 9 40
                                    

48. RENCANA BALAS DENDAM

Mata Monica menjumpai pagi. Untuk kedua kalinya, dia tidak bermimpi buruk lagi. Entah berkat darimana, dia senang bisa merasa tenang sekarang.

Dari sela gorden, terlihat matahari di luar sana sudah meninggi. Cahayanya yang hangat mampu menerobos celah, menciptakan garis terang dalam ruang tamu yang gelap—cahaya yang juga tadi mengenai wajahnya.

Monica melirik pada satu arah, lansung mengucak-ucak mata saat melihat angka yang ditunjukkan oleh jam digital di atas televisi.

Ini sudah jam 10.30 pagi.

Pintu utama rumah yang berderit membuat kedua pasang mata Monica dengan cepat menatap Tobias yang sekarang mulai menutup pintu dari dalam: Pada salah satu tangan laki-laki itu sebuah kantung plastik putih dipegangnya dengan erat.

"Udah bangun? Gue kira udah mati."

Monica mendengus. "Lo abis darimana?"

"Ada deh." Tobias menatap sekilas.

"Itu apa?" tanya Monica penasaran dengan isi kantung plastik yang dipegang oleh Tobias.

"Ganti baju lo pake kaos biasa," titah Tobias yang kini dengan santainya berjalan ke arah dapur.

Monica mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa diganti?"

"Lakuin aja!" teriaknya dari dapur.

Tanpa membantah, Monica dengan segera bangkin dari duduknya kemudian berjalan ke kamar. Laki-laki itu sedikit aneh, tadi dia pergi begitu saja dan membawa sesuatu.

Beberapa menit kemudian Monica kembali dan menemukan Tobias yang sudah duduk di sofa dengan mangkuk berisi es batu yang ia letakkan di atas meja.

Tobias menatap gadis yang kini duduk tepat di hadapannya. "Sini."

"Emang kenapa?" tanya Monica.

"Sini Mon."

"Ngapain dulu? Lo mencurigakan tau gak."

Tobias berdecak sebal, tangannya menepuk-nepuk bagian sofa kosong di sebelahnya. "Sini."

"Gak mau," tolak Monica.

"Kenapa?"

"Ya gue gak mau. Ogah deket-deket lo—"

Tobias yang tidak mengerti bagaimana kondisi jantung Monica saat ini jika berdekatan dengan laki-laki itu.

"—gue aja yang pindah." Akhirnya Tobias berucap.

Monica melotot. "Lo ngapain si—"

"Diem. Duduk sini," Tobias menarik lengan Monica ketika cewek itu hendak beranjak.

Tobias sudah duduk tepat di sebelah Monica. Gadis itu sedari tadi menahan umpatannya agar tidak ia utarakan. Apalagi Tobias saat ini memperhatikannya secara intens membuat jantungnya kembali berdegup tidak normal, bahkan tanpa sadar gadis itu kini meremas sofa. Entahlah, Monica hanya merasa gugup.

"Kenapa lo? Gugup?"

Sial. "Enggak!"

Tobias tidak memperdulikannya, walaupun ia bener-bener ingin menertawai kebohongan gadis itu. Padangannya kini beralih menatap satu handuk putih kecil yang tadi ia ambil dari dapur dan ia beli es batu yang terlihat mulai mencair.

Dengan cekatan laki-laki itu membungkus beberapa balok es batu dengan handuk itu.

Perlahan Tobias menarik lengan Monica kemudian mulai mengompres lebam-lebam yang ada di lengannya.

Dengan telaten, cowok itu mengobatinya. Monica tak bisa mengalihkan tatapannya barang sedikitpun selain dari objek yang membuta darahnya berdesih.

Wajah serius Tobias benar-benar membat mata Monica terpaku. Kalo diliat-liat, kenapa Si Kunyuk lumayan ya?

THE GOLDEN TEENAGERS [PART 3&4]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang