Elegi Pagi

16 2 0
                                    

Ada nada-nada minor yang jatuh di pelupuk mata sebagai sungai irama luka yang bersumber dari laut jiwa. Mengalir bersama linangan tetes hujan yang sendu melagu dalam bisu.   

Sorot mata itu gelap walau diiringi bias lampu temaram di sudut jalan. Ku coba menerka apa yang tersembunyi pada lubuk hati yang sedang ia hindari. 
Bayangku tak terbias di bola matanya, tanyaku; ada siapa? Ia pun mrnyebut nama Tuhan sebagai alasan.   

Kudengar lolong angin yang melambung ke angkasa, lalu ia tak kembali, tak menghembuskan nafasnya. Bulan dan bintang beku oleh luka, rembulan menangis dalam diamnya.

Luka tergambar di gelap malam. Sedang aku masih saja mengejar ribuan bayangmu yang seperti hantu pada tiap pekatku. Menerobos pada celah-celah bunga tidurku.

Senyum dan bahagiaku telah tenggelam pada mimpi di siang hari. Aku lupa dimana pintu tersibak menuju jalannya sebelum aku terjerembab pada liang luka.         

Elegi pagi masih tersimpan di pucuk-pucuk daun yang kulewati setiap hari. Nurani embun pagi yang ramah kini entah kemana tak ada kabarnya. Pergi tanpa meninggalkan pesannya.

Junidanjuli 🌻

InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang