Senja sebentar lagi jatuh di ujung ke dua bola matanya yang sayu. Burung-burung kembali pulang ke sarang, rembulan besiap datang bersama malam. Di peraduan senja kutatapi dirinya berdiri di garis bibir pantai, membiarkan kakinya di percikkan gelombang air laut yang becampur pasir-pasir putih menerjang. Ia masih menatap mentari di hadapannya, menghitung waktu sampai mentari berlalu.
Lalu dedaunan berbisik di balik pelita malam. Rembulan menyulam kerinduan dalam sinarnya yang meredam diselimuti bayang. Pada resah diksi bersemayam pada lamunan di tengah malam. Raut wajah sang pujaan terbayang di genangan jalan sisa hujan semalam.
Lalu bibirnya membeku di embun malam yang mecekam kesendirian. Diujung resah penantian panjang, ia tanggalkan harapan-harapan bersama angin yang melewatinya barusan. Pergi melangkahkan kaki, walau berat perasaan yang masih saja tergenggam. Satu-persatu ia coba rentangkan, agar tak lagi ada segelintir bayang yang terus saja merangkulnya di sepanjang jalan.
-Junidanjuli 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity
Poetry#1 Puisi Indonesia [24042022] #1 Puisi Cinta [02052022] #3 Kata kata [25042022] Kumpulan sajak, sebab sajak-sajak tak pernah habis, ia hadir dalam sepenggal kata membentuk kalimat yang tersirat makna oleh penulisnya.