Kenangan, seperti halnya hujan yang mendadak datang tanpa pemberitahuan sebelumnya, lalu pergi menyisakan basah di pelupuk mata dan dingin yang berubah menjadi duri. Menancap dan membuat lubang di dalam hati.
Barangkali akulah hujan yang kemarin sore kausambut dengan lambaian tangan, bersorak riang dan menari-nari di pelataran depan. Kautuliskan sajak-sajak kerinduan pada tiap tetesannya dengan bayang-bayang asmara kita.
Hujan itu adalah cerita yang dulu kita ciptakan lalu menguap ke atas dan kini jatuh menikam keras hatiku karna tak dapat lagi merasakan hal yang sama. Karena kau entah ada dimana, dan aku masih memeluk rasa yang sama.
Sore ini seperti malam yang diselimuti kelam. Awan hitam melahap habis langit terang. Hujan, mesin waktu yang kini menghasilkan kenangan yang bermuara pada genangan-genangan dan tertahan di jalan yang dulu pernah kita lewati bersama.
Barangkali akulah hujan yang kini tak kauhiraukan kehadirannya. Kau lebih memilih menyalakan api unggun dan tak lagi menikmati hadirku. Kaulambaikan tangan ucapan perpisahan dan harapan agar aku tak kembali datang.
Junidanjuli 🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity
Poetry#1 Puisi Indonesia [24042022] #1 Puisi Cinta [02052022] #3 Kata kata [25042022] Kumpulan sajak, sebab sajak-sajak tak pernah habis, ia hadir dalam sepenggal kata membentuk kalimat yang tersirat makna oleh penulisnya.