Cerita tentang Gunung dan Kita

8 1 0
                                    

Kau semilir angin yang turun dari atas puncak pegunungan. Berjalan pelan menuju lembah lalu menari-nari seperti bocah di atas cermin ilusi danau segara anak, yang riak airnya bening sebening dua bola matamu, dua telaga yang terlihat tak menyatu namun dibaliknya terdapat jalan menuju satu tujuan.

Kau adalah angin yang diam-diam membelai para bidadari di jelmaan edelweiss yang sedang bersolek menggoda alam. Kaubisikkan kata yang terdengar syahdu bagai irama lagu yang berkontaminasi dengan dendang nada hujan.

Kau untaian senandung asmaradana alam pagi yang menggoda di luar tenda untuk membangunkanku. Segar udara pagi membuatku bertahan di tengah kedinginan untuk menanti kilas senyummu pada cerah mentari yang datang perlahan di pagi hari. Memberikan lukisan warna membentuk pola-pola tak ada makna namun memberi kesan estetika.

Kata rindumu adalah mata air yang melegakan dahagaku saat lelah berlumur peluh memeluk sekujur tubuhku. Setapak jalan yang kulewati bersama nyawa dan cinta yang kutaruh di dalam tas carrierku. Kujaga dan tak akan kulempar ke dasar jurang. Jika kulempar, terhempas pula nyawa dan cintaku.

Pelukmu adalah sabana luas yang membentang. Tempat untuk membangun tenda yang pas dan tidur ditengah alam dengan penuh rasa nyaman. Sebuah lembah kasih di mandalawangi yang selalu dirindukan untuk mendatanginya berkali-kali bahkan menetap tak kenal henti.

Kau bayang yang kulihat di tengah kerumunan pohon rimba yang ditemani lumut-lumut hijau bagai agar-agar segar. Tersenyum dan membisikkan kata cinta untuk sampai pada daun telingaku yang sudah membeku.

Kau angan dan khayal pada setiap langkah kakiku di samudera awan ini. Cintamu adalah rindu yang abadi yang masih selalu kunikmati sendiri dengan alam yang menjadi saksi bahwa cinta sepasang kekasih pernah tumbuh dan bersemi di sini.

Junidanjuli 🌻

InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang