Juli

535 29 0
                                    

Juli sudah berakhir pukul 00.00 dini hari tadi, sebuah majalah ternama sudah merilis edisi terbarunya. Tanggal di surat kabar sudah berubah, kalender di atas meja kantorku sudah kubalik menuju halaman selanjutnya. Sisa genangan hujan sore kemarin masih tertinggal di jalanan, walau petrikor sudah lenyap menguap.

Tanggal tiga juli lalu, malam itu masih terasa berada mengelilingi jalanku. Saat bulan sabit yang menurunkan senyumnya, desah angin menahan lelah bersama isak tangis hujan yang menahan diri di atas awan. Aku menunggunya di depan gedung bioskop dengan sepatu converse putih yang warnanya masih cerah.

Jam-jam yang telah kita tentukan lewat begitu saja, tanpa memandangku. Kulangkahkan kaki ke depan pintu rumah, melepas tali sepatu dan melemparnya dengan penuh amarah. Berbaring di tempat tidur, menutup wajahku dengan bantal menahan tangis, berharap malam tak memandangku.

Beberapa teman datang, membawa pizza dan minuman segar. Aku tertawa mendengar lulucon mereka, aku mencoba untuk tidak menangis. Mereka mengatakan untuk tetap berbunga walau kelopak gugur. Aku tersenyum mendengarnya.

Banyak garis-garis dalam hidup yang terkadang tak kita lihat awalnya. Terkadang kita hanya dapat menerka-nerka dan berharap semua indah sampai akhirnya. Kita berharap meminum segelas susu hangat yang tetap manis sampai tetes terakhirnya.

Hingga harapan-harapan yang tumbuh menjadi sebuah peluru yang digunakan saat pistol siap menembak. Dan segelas susu menyisakan ampas kopi yang ternyata menyatu tak kasat mata awalnya. Lalu kita hanya akan membiarkannya menembak, berdarah dan kita mengobati luka itu sendiri pada waktunya.

🌹

Junidanjuli

InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang