Sajak Panjang Kupu-kupu Kertas

18 3 0
                                    

Kasih, pada sudut senja
Kau buat serangkaian kupu-kupu kertas
Berbagai rupa dengan macam aksen warna
Di bias lampu temaram jalan

Aku menyaksikannya terbang ke segala arah
Aku melihatnya kian kemari mengajakku menari
Dan aku melihat seraut wajah yang terlukis sekilas
Aku merindukan wajahmu

Jangan dulu kau jala mereka
Angin masih ingin bersama
Menyentuh dan menerbangkannya
Sedang aku masih ingin melihat wajahmu

Aku muak dengan keinginan
Sebab ialah salah satu sumber penderitaan
Lihat saja keinginan para bocah-bocah
menjual suara berpeluh; mencari segenggam bahagia
Bahagia yang telah dilahap sepenuhnya oleh raksasa
Raksasa serakah yang menjelma dalam tubuh manusia

Kenapa keadilan hanya kalimat yang diutarakan
Mudah dilontarkan setiap saat tanpa tahu kapan dilaksanakan
Seperti halnya rinduku padamu
Yah, aku merindukanmu!

Aku menginginkanmu
Seperti seoonggok tubuh yang membutuhkan nyawa
Seperti pelangi yang membutuhkan rintikan hujan
Seperti gelombang laut yang membutuhkan angin

Suatu malam kudatangi lautan
Mencarimu dalam kegelapan
Sebab kaulah sumber cahaya
Pada gelapnya sepasang bola mata

Bunga-bunga bermekaran di langit
Namun cahayanya redup meremang
Sebab kau tak kunjung datang

Kupu-kupu kertas menghampiriku
Membisikkan kata sepi
Suara angin malam adalah suara kesepian
Lalu mereka melukis kembali wajahmu

Kau adalah rindu
Lalu apakah itu rindu?
Rindu adalah saat malam melukis wajahmu
Sedang tanganku tak mampu menjamahmu
Rindu adalah saat luka telah menggores jiwa
Namun melepasnya hanya membuat hampa

Sebagai penyair gadungan
Kuhabiskan waktu untuk merindukanmu
Menuangkannya pada bait-bait puisiku
Lalu kubacakan di tepi jurang kerinduan

Berharap angin merekam
Berharap langit menulis
Hanya agar kau tahu, hanya agar kau merasa
Aku merindukanmu!

Angin menyibak rambutku
Dulu pernah menjadi laut di tarian lumba-lumba jemarimu
Sadarku akan sepi yang mengubur tawaku
Saat deru ombak menghantam keras lamunanku

Kaulah angin
Datang dan berlalu sesukamu
Bodohnya aku
Mengejar angin yang tak tahu kemana ia akan berlabuh

Yah, mencintaimu bagaikan mencintai angin
Tak dapat kulihat, namun dapat kurasakan
Sejuk dan badainya

Hujan datang mengguyur pikiran
Melumatkan kupu-kupu kertas
Rindu menjelma kembali pada butiran hujan
Tiap tetesannya menanggalkan kenangan
Aku merindukanmu!

Ingatkah kau saat hujan reda

Kasih, pada sudut senja
Kau buat serangkaian kupu-kupu kertas
Berbagai rupa dengan macam aksen warna
Di bias lampu temaram jalan

Junidanjuli 🌻

InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang