Teruntuk Sahabat

8 2 0
                                    

Aku terbangun, bangkit dari kematian. Kematian sebuah episode cinta yang telah dilahap awan hitam. Kulihat senyum lembut sinar mentari yang menghangatkan hati yang telah lama membeku sendiri; sepi.

Burung-burung terbang riang sembari mengalunkan dendang lagu kebahagiaan. Semilir angin malu-malu membelai lembut dedaunan yang berkilau embun ramah. Pagi yang segar, pagi yang mesra.

Mentari pamit pulang, mengecup malam melukiskan rona keindahan senja.

Aku sudah kembali. Hati yang patah telah kembali menyatu, sembuh karena bisikkan angin lembah kala itu. Lalu sahabat, bagaimana kutunjukkan padamu bahwa hatiku telah segar, sesegarnya angin pantai yang nyiur melambaikan pohon-pohon kelapa.

Hatiku telah berdamai dengan luka, jika kau tak percaya. Tanyakan saja pada hujan yang kaujumpai. Hujan tak akan lagi memberi duka namun memberi tawa ditengah tarian-tarian hujan yang membasahi senyumku menyambutnya.

Lalu bagaimana kutunjukkan padamu, duhai sahabatku?

Apakah dengan kesegaran angin lembah yang pelan-pelan menyapamu. Apakah kalimat-kalimat indahku tak menyampaikan pesannya padamu.

Mendekatlah, kuberitahu kau sesuatu, ini rahasiaku. Bintang malam mendekatiku. Menawarkan sinar tulus di gelapnya jagat raya hatiku. Kuterima. Hingga saat ini ialah yang menyinari masa laluku.

Kini tak perlu ada yang kutakukan. Kaupun tak perlu mencemaskanku, duhai sahabat. Gelap telah berdamai dihatiku bersamaan dengan lukaku. Sebab udara memberikan kesegaran, hembusan cinta dan kasih di segala rasa syukurku.

-Junidanjuli

InfinityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang