Setelah beberapa saat hening, ekspresi sang raja tiba-tiba berubah senduh. "apakah itu kamu Alice?" seketika Alice terkejut saat Raja di hadapannya menyebut nama panggilan yang hanya orang terdekatnya saja yang tahu.
Alice melihat ke arah id Cardnya. "ini Alisyah. Bukan Alice" Alice menggelengkan kepalanya saat setelah memastikan nametagnya yang bertuliskan Alisyah.
Dengan langkah tertatih Raja itu turun dari singah sananya dan mengahampiri Alice yang duduk berlutut di lantai.
"Apakah benar ini kamu Nak..?" tepat di hadapan Alice, Pria tua itu bertanya ditengah kesedihannya. Kedua matanya memerah dan beberapa tetes air mata mengalir di pipinnya. Tiba-tiba saja pria berkarisma dan kuat tadi berubah menjadi pria tua yang rapuh.
"Alice.." panggilan sang Raja membuat Alice tersadar tentang sesuatu yang aneh. Air mata yang keluar dari mata pria tua itu tiba-tiba berubah menjadi merah darah.
"Alice.. Maafkan aku" Pria tua itu seakan menuntut sesuatu pada Alice, namun hal itu justru membuat Alice ketakutan. Kedua tangan Alice gemetar menumpuh tubuhnya dari belakang ketika ia mundur untuk menghindari pria di hadapannya menuntut pemaafan.
"Alice.."
"Alice.."
Bersamaan dengan gumaman yang terdengar dari pria itu pandangan Alice perlahan memudar.
"Alice.."
"Alice.. bangun nak!"
"Alice? Hei Nak."
kedua bola mata bulat Alice terbuka secara tiba-tiba. Helahan nafasnya terdengar cepat dari biasanya, juga tubuhnya diselimuti keringat. Alice akhirnya baru sadar bahwa apa yang ia saksikan tadi hanyalah mimpi dan sekarang ia bisa melihat pria yang sedang memegang kedua bahunya dengan khawatir. Ayah? Mengapa Ayah memakai durumagi? Alice dibuat bingung dengan penampilan Albar sekarang.
"ayah..?"
".. Bukannya besok baru pulang?" Alice mencoba mengatur nafas dan mengumpulkan kesadarannya, perlahan bangkit dari kursi.
"Nak, di luar ada pasien darurat. Tak ada dokter yang standbye selain kamu" bukannya menjawab pertanyaan Alice, Albar justru segera menarik tangan puterinya untuk berjalan ke arah pintu.
"ayah kenapa?" Alice heran melihat mata ayahnya sembab seperti telah menangis. Jam dinding menunjuk pukul 02.03 dini hari. Setelah mendengar dari perawat untuk menelfon dokter Alisyah, tanpa menunggu Albar segera berlari menuju ruangan Alice agar pasien sekarat itu segera mendapat pertolongan. Apalagi panggilan telepon perawat tak mendapat jawaban.
"cepat Nak, orang itu sekarat"
mungkin karena terlalu panik, Albar sampai tidak sadar memanggil Alice dengan sebutan Nak. padahal selama ini Albar telah menjaga ketat tentang identitas Alice yang sebenarnya. Tapi dengan Albar menggunakan durumagi dan status Alice sebagai anak angkat Prof Furqon, staf yang kebetulan mendengar mereka tak akan mencurigai hubungan keduanya.
segera setelah Alice masuk ke ruang UGD seorang perawat mengahmpirinya"Pasien Tn. Harist mengalami patah tulang..."
Alice terus mendengar perawat menjelaskan kondisi pasien yang dibawa oleh ayahnya sambil memperhatikan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat sedih dan khawatir. Hari itu Albar tampak kalang kabut karena beberapa dokter sedang melakukan operasi yang tidak dapat ditinggal dan sebagian lagi sedang melakukan perjalanan dinas luar kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice (Dreams And Memories) Book 1
FanfictionTerlahir dengan identitas ganda dan menyebabkan kemalangan bagi orang lain membuatnya dihantui rasa bersalah. Ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menyerah dan mengetahui orang terdekat ternyata memiliki kepentingan membuatnya diliputi rasa kecew...