Pagi ini ketiga bersaudara bangun sangat pagi. Jisoo dan Jiyoon sedang sibuk di dapur untuk membuat sarapan, sementara Alice sedang beribadah dan akan langsung mandi. Sebab setelah sarapan nanti Alice akan bertugas mencuci piring bergantian kedua saudarinya yang juga akan bersiap-siap untuk kerja.
Ketika mereka berangkat menggunakan mobil yang dikemudikan Jisoo, mereka disuguhkan dengan pemandangan pagi yang menyegarkan. Walaupun matahari belum nampak namun cahaya jingga sunrise sudah mulai terlihat. Bunga-bunga masih bermekaran menambah manisnya aroma sejuk hari ini. Setelah beberapa saat, mereka akhirnya tiba di kawasan pemakaman hijau. Jiyoon berjalan di antara kedua saudarinya sambil memegang bouqet bunga mawar putih kesukaan mendiang Oemmanya.
"aku kembali Oemma. Kali ini aku membawa kedua adikku." Jisoo berbicara menggunakan bahasa inggris sambil memandang nisan.
"hari ini mereka berdua akan mulai bekerja. Oemma tak perlu khawatir lagi. Aku akan menjaga dan mengurus mereka berdua. Selama ini mereka cukup penurut, kecuali Jiyoon yang sedikit lugas dan Alisyah yang pendiam." Jiyoo dan Alice tersenyum mendengar ucapan Jisoo.
Setelah Jisoo selesai mengucapkan beberapa kata di depan nisan Kim Ji Ah, Jiyoon kemudian mendekat dan mengusap nisan yang bertuliskan nama mendiang Oemmanya. Selanjutnya Jiyoon dan Jisoo melirik ke samping, mengisyaratkan Alice untuk mendekat. Namun keduanya mendapati Alice diam dan menutup kedua matanya. Setelah beberapa saat kemudian ketika ia membuka kedua matanya, netra biru itu nampak memerah dan berkaca-kaca.
Alice tiba-tiba saja teringat mendiang Oemmanya. Malam tadi wanita yang telah merawatnya bertahun-tahun tiba-tiba datang ke mimpinya. Dalam mimpi itu Kim Ji Ah sedang duduk di kursi tepat dibawah pohon rimbun. Saat itu Alice sedang berada di atas perahu dan membawa tas punggung. Ketika perahu akan berangkat Kim Ji Ah tiba-tiba berbalik dan melambaikan tangannya dengan bahagia. Sementara Alice terkejut ketika melihat sang Oemma. Alice memanggilnya untuk ikut namun Kim Ji Ah seolah sedang menikmati waktunya di sana dan hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
"Ayo. Kita berangkat sekarang." Tiba-tiba Jisoo menarik tangan Alice yang berdiam diri. Jisoo khawatir saat mendapati Alice sedikit lebih diam dari biasanya. Ditambah lagi kedua matanya telah memerah.
"ini adalah hari pertama kalian akan bekerja. Jangan sampai terlambat dan membuat citra buruk dihari pertama." Jisoo menarik kedua tangan adiknya menuju mobil untuk segera mengantar mereka ke kantor Manoban's Group.
***
AKM Group
Hari ini kantor AKM Group lebih sibuk dari biasanya. Beberapa staf berlarian untuk menyiapkan beberapa hal ataupun mengatur sesuatu. Sesuai instruksi nyonya mantan CEO bahwa hari ini akan diadakan rapat umum pemegang saham dan serah terima jabatan CEO baru dan staf hukum.
Namun saat ini Jisoo sedang linglung di ruangannya. Ia sedang bertukar pesan dengan Suzy dan juga Jiyoon. Suzy berkata bahwa ia mendapat instruksi untuk langsung ke kantor Manobans's Group bersama tim keamanan CEO dan sekarang mereka sedang menunggu di depan ruangan CEO perusahaan internasional itu. Suzy mengaku baru saja ia melihat tuan Mason Park dan putrinya masuk ke ruangan tersebut. Sementara Jiyoon mengaku bahwa saat dirinya dan Alice tiba, mereka sama-sama duduk di kursi tunggu dan berpisah setelah mereka dijemput oleh orang yang berbeda. Tapi Jiyoon sempat mendengar bahwa staf resepsionis melalui panggilan telephon menyampaikan bahwa 'tamu wakil CEO telah tiba'. Hal itu membuat Jisoo semakin yakin bahwa Alice lah calon CEO yang akan menggantikan nyonya mereka.
Sementara itu di dalam ruang CEO Manoban's Group of Seoul, di sana ada Sang Ook sebagai wakil CEO Manoban's Group untuk cabang Seoul beserta sekertarisnya Park Min Young, David Sekertaris Manoban's Group cabang Amerika, pengacara Mason Park dan putrinya Alice Park serta Alice yang sebentar lagi akan dilantik menjadi CEO AKM Group juga Suzy yang berdiri tepat di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice (Dreams And Memories) Book 1
FanfictionTerlahir dengan identitas ganda dan menyebabkan kemalangan bagi orang lain membuatnya dihantui rasa bersalah. Ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menyerah dan mengetahui orang terdekat ternyata memiliki kepentingan membuatnya diliputi rasa kecew...