Hari ini berlalu dengan sangat melelahkan. Setelah Alice pulang dari Rumah Sakit tadi sore, aktifitasnya berlanjut di klinik tempat ia membuka prakteknya dari jam delapan sampai jam sebelas malam. Alice merasa malam ini ia melayani banyak pasien. Bahkan dokter Aulia pun mengakui bahwa pasien malam ini sangat banyak.
Tiga orang perawat dan dua orang bidan yang membantu Alice baru saja pamit pulang sementara dokter Aulia baru saja keluar dari kamar kecil. Dokter Aulia langsung berjalan ke arah pintu untuk memastikan pendengarannya tidak salah bahwa ia mendengar suara hujan dan ternyata memang benar adanya.
"malam ini nginap aja ya mbak. Kayaknya hujannya akan lama dan lebat." Alice sesekali menatap layar ponselnya.
"gak apa-apa dok. Saya bawa mantel kok." Aulia
"nginap aja ya mbak bahaya pulang jam segini apalagi hujannya deras juga. Nanti aku yang ngabarin dokter Mirna kalau mbak nginap di tempat saya. Motonya biar di sini aja." Alice
Dr Aulia tersenyum. "baiklah dok."
Alice langsung mengabari dokter Mirna bahwa malam ini Aulia mahasiswinya akan menginap bersama di apartemen miliknya. Dokter Mirna adalah dosen FK Unhas yang bertugas mendampingi mahasiswanya selama masa koas di RSMC yang kini sudah berjalan sekitar satu tahun lebih.
Alice kemudian berjalan ke ruangannya untuk megambil payung. "ayo."
Mereka berdua menyusuri jalan ke apartemen karena jaraknya memang sudah sangat dekat hanya sekitar 60 meter. Sepanjang jalan mereka membahas banyak hal. Dimulai membahas masalah penanganan pasien hingga seseorang menegur mereka yang sedang asyik mengobrol.
"baru pulang dok?" seorang wanita yang sedang menutup toko bunga menyapa Alice. Mereka cukup saling mengenal karena Alice sering berjalan kaki dari tempat praktik dan apartemennya.
"iya bu." Alice
Setelah bercakap singkat Alice dan Aulia kembali pamit pada ibu pemilik toko bunga.
Gemercik hujan membasahi jalan terdengar sepanjang jalan. Karena suasana yang menangkan Aulia tanpa sadar telah berbicara lepas pada Alice dan hal itu tak menjadi masalah bagi Alice.
"aku sempat melihat video dokter saat tes kemarin. Apakah system pengoperasiannya benar-benar sulit?" Aulia
"menurutku sulit tidaknya itu tergantung siapa yang mengoperasikannya. Tapi sepertinya kita hanya perlu tenang dan focus karena emosi yang tak terkendali dapat mempengaruhi sensornya. Aku juga belum terlalu yakin karena saat test kemarin kami tidak menggunakan pasien yang sebenarnya. Semuanya dilakukan dengan system censor computer dengan bantuan pencitraan audio visual. Jadi kemungkinan tak serumit yang kita lihat."
Aulia Pov
Aku dan dokter Alisyah masih di jalan menuju apartemennya. Ini pertama kalinya aku akan menginap di apartemennya sejak dokter Qoyyum menyerahkan tugas bimbinganku ke dokter Alisyah. Sejak kepulangannya dari korea ia langsung mendapatkan tugas untuk membimbingku. Dan sebuah kesyukuran sejak setahun lebih menjalani Koas di RSCM, aku akhirnya mendapatkan bimbingan dari seorang dokter spesialis bedah umum yang baik hati.
Sekarang kami berhenti di kedai kecil. Dokter Alisyah membeli 1 paket martabak spesial berukuran besar.
"mbak mau minumnya apa?" Dokter Alisyah bertanya.
Aku memerhatikan list menu yang diberi dokter Alisyah dan mulai memesan minuman. "greentea milk shake aja Dok." Mungkin ini enaknya jika memiliki rekan kerja sebaya, lebih santai dan tidak membuatku tertekan dari pembimbing sebelum-sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice (Dreams And Memories) Book 1
FanfictionTerlahir dengan identitas ganda dan menyebabkan kemalangan bagi orang lain membuatnya dihantui rasa bersalah. Ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menyerah dan mengetahui orang terdekat ternyata memiliki kepentingan membuatnya diliputi rasa kecew...