89. Parallel 11

38 4 0
                                    

Pagi hari perlahan menjadi terik ketika Jennie dan Lim akhirnya memutuskan untuk beristirahat sekaligus mengisi perut dengan hidangan lezat di rumah makan Bulan Sabit. Seperti biasanya, rumah makan ini akan selalu ramai pengunjung. Sebab selain karena makanan dan minumannya enak, rumah makan Bulan Sabit ini juga memiliki pelayanan dan tempat yang baik dan nyaman untuk segala usia.

"silahkan dinikmati tuan dan nona." Seorang pelayan mempersilahkan mereka ketika selesai menghidangkan makanan dan minuman di atas meja.

"terimakasih." Pangeran Lim menyahut dengan senyuman ramah setelahnya pelayan tersebut kembali bekerja.

"oh ya. Putri, bagaimana anda bisa mengetahui bahwa dwikkoji itu menggunakan bahan berkualitas buruk." Lim berbicara sambil menata kembali hidangan di atas meja agar memudahkan Jennie untuk mengambil lauk.

"Hanya tahu saja. Kebetulan aku pernah menemukan produk yang sama di Seorabeol. Di sana kami sudah menarik semua produk imitasi yang dijual dengan harga tidak wajar di pasaran."Jennie menjawab sebelum kemudian mencoba oseng daging babi bersama lauk sayur yang nampak lezat.

Pangeran Lim tersenyum diam-diam ketika melihat Jennie mengangguk-anggukkan kepalanya saat mencoba hidangan di atas meja . "Cobalah. Sup di sini juga sangat enak."Pangeran Lim kemudian mendorong pelan salah satu mangkok berisi sup bening dengan berbagai macam campuran sayur dan daging.

Jennie kembali menganggukkan kepala dengan senang. "Bagaimana?" Lim

"Ini benar enak. Sup nya terasa segar dan ringan." Jennie berbicara setelah menelan sup di mulutnya.

Mereka menikmati hidangan dengan santai sambil memperhatikan pemandangan dan orang yang berlalu lalang di jalan. Sebab saat ini mereka berdua mengambil meja di lantai dua tepat di depan jendela depan sehingga mendapatkan view yang indah dan udara yang segar.

Ketika pangeran Lim hendak meminum airnya, ia melihat Jennie menatap dengan penuh perhatian ke salah satu sudut pandangan mereka hingga tak sadar ujung sumpit di tangan Jennie telah menyentuh permukaan meja."apa anak itu terluka?" Jennie bergumam namun Lim masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Mereka kemudian melihat salah seorang kakek tua menghampiri seorang wanita yang tampak kelelahan menggendong anak laki-laki. Namun ketika Jennie dan Lim melihat dengan jelas noda merah di baju dan rok wanita itu mereka segera berdiri dan berjalan keluar dengan tergesah-gesah.

"Tolong! Tolong putraku.." nafas wanita itu terdengar putus-putus. Seluruh tubuhnya basah berkeringat karena telah berjalan dan mungkin saja berlari dalam perjalanan mencari bantuan. Pria tua yang sedang berusaha menggantikannya untuk mengendong anak laki-laki tersebut segera dihentikan oleh Lim dan langsung menaruhnya ke punggungnya sendiri dan mulai berjalan sedikit berlari sebab anak yang usianya sekitar 10-14 tahun itu sudah sangat lemas.

Setelah berjalan sekiar 8 sampai 10 menit Lim akhirnya sampai di pintu gerbang klinik dan terus berjalan masuk. Sementara Jennie yang dan pria tua yang membantu wanita itu berjalan memilih beristirahat sejenak sambil melihat papan nama klinik yang bertuliskan Klinik Peduli Kasih dengan nafas ngos-ngosan.

"Tabib! tolong! Seseorang terluka." Lim sedikit berteriak.

Segera setelah pangeran Lim mengucapkan kata pertama seorang petugas klinik segera keluar dan membantu memindahkan pasien dari punggung Lim kemudian membaringkannya di gazebo secara perlahan.

"pangeran Lim?" tabib Ho Seok yang baru saja keluar dari pintu terlihat heran melihat keberadaan Lim disusul putri Jennie di kliniknya. Pangeran Lim dan Jennie mengangguk sekali sebagai isyarat salam. 

Alice (Dreams And Memories) Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang