Sreekk
Dalam sekali kedip Suzy melihat pot bunga berukuran cukup besar di sana berpindah dari tempat sebelumnya.
Telekinesis? Anak ini dapat melakukan telekinesis?
Sepertinya Suzy harus terbiasa dengan kejutan-kejutan dari Alice.
"5 Menit lagi.."
Tanpa berfikir panjang, Suzy segera memberi salah satu earpiece wirelessnya pada Alice sambil melangkah tergesah menuju pintu masuk dan membicarakan rencana mereka bersama Franz dan staf system kendali melalui sambungan khusus yang sudah tersedia.
Setiba di mejanya, Alice duduk diantara kedua orang tuanya. Memegang tangan Jessica dan memberikan senyuman.
"kenapa sayang?" Jessica mengelus kepalanya.
"Udaranya sedikit dingin." Mendengar hal itu Jessica segera mengusap kedua telapak tangan Alice dan sesekali meniupnya. Sementara Sang Ook hendak melepas jasnya namun Alice menahannya.
"it's Okay Appa." Sang Ook memberikan kecupan di kepala Alice kemudian memanggil salah seorang pengawal untuk mengambilkan Hotpack ektra untuk Alice.
Setelah mendapatkan hotpack, mereka kembali memperhatikan berlangsung nya acara. Namun Alice masih memandangi wajah kedua orang tuanya secara bergantian. Alice berusaha untuk berperilaku seperti biasanya sebab mereka semua tidak ingin dicurigai oleh musuh. Bahkan Sang Ook dan Jessica tidak mengetahui kekacauan ini. Alice telah meminta mereka untuk tetap menutup mulut karena khawatir orangtuanya pasti akan segera menyuruh Suzy membawanya pergi. Selain itu juga karena khawatir jika Oemmanya menjadi panik.
"kenapa sayang?" Alice tertangkap basah oleh Sang Ook. Sementara Jessica hanya memperhatikan interaksi keduanya sambil tetap menghangatkan kedua tangan Alice menggunakan hotpack di atas pangkuannya.
"tinggal beberapa hari lagi aku akan magang." Alice
"kamu gugup ya Nak?" Sang Ook tersenyum sambil mengusap kepala Alice.
"sedikit." Alice tersenyum dari balik maskernya.
"kamu pasti bisa sayang." Jessica kemudian mengecup tangan Alice.
Interaksi ketiganya sempat tertangkap kamera bertepatan pembacaan daftar nominasi Pasangan terfavorite. Interaksi keluarga kecil itu terlihat harmonis, namun dibalik canda tawa itu sedang terjdi sesuatu yang lebih serius menunggu mereka.
"siap-siap VVIV akan bergerak" semua staf keamanan mendengar pemberitahuan melalui system kemunikasi yang disadap, sehingga sudah dipastikan musuh tengah memantau setiap pergerakan mereka. Dengan begini, mereka bisa mengecoh musuh untuk melakukan operasi darurat mereka.
Sementara itu, jantung Alice terus berdegup kencang setelah mendapatkan informasi tersebut bertepatan ketika kedua orang tuanya telah diumumkan sebagai pemenang nominasi dan berjalan beriringan menuju panggung utama untuk menerima trofi dan menyampaikan pidato singkat atas kemenangannya.
Diruang kendali*
Operator IT yang sejak tadi standbye kini terlihat sibuk dihadapan komputer. Sambil berfokus pada tugasnya ia berbicara melalui headphone yang ia kenakan.
"siap-siap backsound diakhir pidato VVIV dalam hitungan 10 9 8 .." seorang staf kemanan di ruang kendali terlihat sibuk seorang diri. Pria itu terlihat cakap dan tenang. Namun jika dilihat lebih dekat. Seluruh wajahnya dipenuhi keringat dingin.
"kami sudah siap sejak tadi" Seorang pria mengoceh kemudian menyesap rokok di mulutnya. Pria itu mengenakan topi yang dibalik ke belakang. Pria dengan wajah plantonis itu adalah salah bagian dari rencana penyerangan malam ini. Sejak tadi di sebuah mobil minibus hitam terparkir tak jauh dari bangunan Stadion MNB. Di dalamnya dilengkapi dengan perangkat dan alat tekhnologi canggih untuk menjalankan aksi mengintaian Sang Ook's Family. Pria itu tak sendiri, ia bersama dengan rekan kerjanya yang biasanya membantu pekerjaannya dan juga merangkap menjadi driver seperti saat ini. Selain memantau gerak gerik Sang Ook's family ia juga memantau gerak gerik staf kemanan yang bertugas di ruang pusat kendali dan keamanan melalui CCTV dan system komunikasi yang sudah ia retas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice (Dreams And Memories) Book 1
FanfictionTerlahir dengan identitas ganda dan menyebabkan kemalangan bagi orang lain membuatnya dihantui rasa bersalah. Ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menyerah dan mengetahui orang terdekat ternyata memiliki kepentingan membuatnya diliputi rasa kecew...