Suara bising lalu-lalang brankar dan pembicaraan para medis tampak seperti pemandangan yang biasa saja bagi Alice. Setelah melakukan perawatan dan pemulihat secara intensif, Alice akhirnya kembali beraktivitas seperti biasanya. Melakukan rutinitas sebagai salah satu dokter residen spesialis onkologi di salah satu rumah sakit swasta di Inggris.Beberapa waktu lalu Alice direncanakan akan terbang ke indonesia untuk pemulihan ternyata batal. Karena setelah mendengar pendapat Citra, Jessica dan Alice, Albar akhirnya memutuskan untuk mengizinkan Alice untuk tetap di kediaman Sang Ook dan dirawat oleh Arthur dan tim medisnya hingga pulih. Segera setelah itu Alice akhirnya terbang ke London untuk menyelesaikan tugas residennya di sana.
"maaf baru menelfon. Aku baru selesai melakukan operasi besar tadi." Saat ini Alice berada dalam ruang ganti dan mengambil jas putih di loker miliknya. Ketika mengecek ponselnya dan melihat panggilan tak terjawab dari Suzy, Alice segera menelfon kembali.
"Tak mengapa. Aku hanya ingin mengabarkan bahwa aku baru saja menerima dokumennya. Sebentar lagi aku akan ke rumah sakit." saat ini Suzy sedang melakukan panggilan telepon dengan Alice ketika ia berjalan keluar dari salah satu Café yang buka 24 jam. Gadis itu segera masuk ke mobil dan memasang sabuk pengaman kemudian mulai mengemudi dengan santai. Beberapa hari ini Suzy disibukkan mengurus segala keperluan Alice selama menyelesaikan masa residennya untuk beberapa hari kedepan sebelum kemudian merencanakan kepindahan Alice ke Manban's Hospital of Seoul agar lebih mudah bertugas jika nantinya ia mulai bekerja di sana.
"Mengapa mengurusnya malam begini? Padahal Unnie bisa melakukannya besok." Alice
"tak jadi masalah. Aku juga belum mengantuk. Jadwalmu akan menjadi sangat padat setelah ini. Jadi kita akan mengusahakan tidak menunda beberapa hal agar waktu istirahatmu tidak terganggu." Suzy
"Baiklah tapi sebaiknya unnie besok saja ke sini. Malam ini segeralah pulang untuk beristirahat." Alice
"Baiklah." Suzy menjawab sambil memperjatikan lalu lintas yang sepi.
"Jadi, apa dokumennya sudah lengkap?" Alice berbicara sambil berjalan ke luar menuju cafetaria rumah sakit untuk memesan minuman hangat.
"Sudah. Aku sudah mengeceknya. Apa kamu ingin memesan sesuatu untuk besok?." Suzy kemudian menyalakan lampu sein kiri sebelum kemudian memutar arah balik untuk kembali ke apartemen.
"Tolong bawa lensa kontakku. Aku menaruhnya di laci meja kerja dalam box coklat." Alice.
"hanya itu?" Suzy
"mm.. "
"..apa masih ada salad buah di lemari es?" Alice menjawab sambil menerima pesanan minumannya dan berjalan ke arah salah satu kursi kosong."Nanti akan ku periksa. Jika habis aku bisa membelinya di luar." Suzy
"terimakasih Unnie. Segeralah berkabar jika sudah sampai di apartemen." Alice.
Suzy terkekeh kemudian menjawab. "okay. Selamat bekerja kembali."
***
Suzy baru saja masuk ke apartemen. Berjalan ke arah rak sepatu menggantinya dengan sandal. Di tangannya ia memegang aplop coklat berukuran besar dan membawanya ke kamar Alice. Setelah menemukan lensa kontak, ia lekas keluar dan masuk ke kamarnya.
Ia meletakkan handbag di atas meja dan menanggalkan blezernya kemudian duduk di kursi meja kerja lalu menaruh dokumen dan lensa kontak Alice dengan rapi agar besok ia bisa segera berangkat ke klinik. Setelahnya ia berjalan ke dapur mengambil air minum dan memeriksa lemari es.
"dasar anak kecil" Suzy terkekeh ketika melihat stok salad buah di lemari es telah habis. Setelah hidup bersama beberapa waktu terakhir, Suzy menyadari bahwa Alice hampir setiap hari mengkonsumsi salad buah. Apalagi jika ia mempunyai waktu luang dia akan secara teratur mengkonsumsi salad buah atau sup buah 3 kali sehari. Suzy perlahan mengerti dan tahu kebiasaan gadis luar biasa itu. Diam-diam Suzy menaruh rasa kagum pada Alice. Bagaimana tidak, walaupun terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat gadis itu bersifat arogan dan sombong. Karirnya sukses pada usia sangat muda, cerdas juga rupawan. Alice bukanlah gadis yang mengandalkan harta dan pengaruh dari keluaranya. Gadis itu benar-benar pekerja keras, ulet, sabar dan bertanggung jawab. Walaupun kadang sedikit kekanakan, Suzy masih merasa wajar karena Alice memang masih remaja 18 tahun sejak beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice (Dreams And Memories) Book 1
FanfictionTerlahir dengan identitas ganda dan menyebabkan kemalangan bagi orang lain membuatnya dihantui rasa bersalah. Ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menyerah dan mengetahui orang terdekat ternyata memiliki kepentingan membuatnya diliputi rasa kecew...