06:00, Indonesia
Seorang gadis bertubuh tinggi bak model, dengan rambut blonde melangkah santai sambil menggendong tas ransel kecil di punggungnya, sementara tangan kirinya menarik koper berukuran sedang. Sebelum keluar dari pintu kedatangan, gadis blonde itu menelfon seseorang melalui sambungan earbud yang terhubung ke ponselnya sambil melihat ke sana kemari.
"saya sudah berada di depan pintu kedatangan. Anda berada di mana?"
"apakah anda yang memegang koper putih?" seorang pria dalam kerumunan tepat di depan pintu kedatangan sedang memperhatikan satu persatu orang yang keluar dari pitu yang berada beberapa meter tepat didepannya, namun matanya terhenti pada seorang gadis bertubuh tinggi itu.
"benar."
"lihatlah ke sisi kiri anda, saya mengenakan batik coklat" mata gadis itu menangkap sesosok pria bertubuh tegap memakai kemeja batik melambaikan tangannya dengan semangat.
Sesaat gadis berambut blonde itu terkekeh melihat tingkah pria di sana."okay. Aku telah melihatmu." Panggilan diakhiri gadis itu tersenyum sambil berjalan ke arahnya.
"selamat datang dokter Park, saya Firman yang ditugaskan untuk memandu anda selama berada di indonesia."
"Rose." Sahut gadis blonde itu sambil membalas salam Firman sambil tersenyum.
"Kita langsung ke hotel atau ada tempat yang ingin anda kunjungi sebelum kita ke hotel?"
"kita langsung ke hotel saja." Gadis yang menyebut dirinya Rose kemudian berjalan beriringan menuju mobil mereka.
****
"selamat pagi dok" Seorang perawat menyapa Alice. Dokter muda itu sedang sibuk mengisi laporan pasien dalam komputer.
"pagi mbak."
"dokter Alisyah?" Alice segera menoleh dan menghentikan aktifitasnya sejenak.
"ia dok?" ternyata orang itu adalah dokter Javed spesialis kandungan.
"dokter gak ketemu sama mbak Eka?" dokter Javed
"gak dok. Mbak Eka di sini?" Alice
"beberapa menit yang lalu diantar suaminya untuk kontrol. Kayaknya gak ada sebulan mbak Eka akan partus" Javed
"Kok Mbak Eka gak ngabarin ya." Alice
"Mungkin lupa Dok. oh ya, Ngomong-ngomong tesnya kapan." Tambahnya
"insya Allah besok."
"kalau gitu semoga besok berjalan lancar ya. Nanti aku dan teman-teman jadi suporternya dokter deh."
Mereka tertawa ringan diikuti dua bidan dan seorang perawat yang juga ada di sana.
"kalau gitu saya tinggal dulu dok." Javed
Alice hanya tersenyum dan mengangguk sekali.
"kayaknya dokter Javed suka sama dokter deh." Kata bidan Diana.
Alice tersenyum. "masa sih." Alice bukannya tak mengayadari tingkah rekan kerjanya itu hanya saja Alice memilih berpura-pura tidak tahu karena di hatinya sudah ada nama seseorang.
"iya dok. Semua orang tau kalau dokter javed itu sering curi-curi pandang sama dokter."
"ada-ada aja sus. Aku dan dokter javed hanya teman biasa, rekan kerja."
"beneran deh dok, aku setuju sama mbak Diana. Memang banyak yang berfikiran seperti itu. Bahkan dokter pasti juga tau kalau dokter Galih naksir sama dokter"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice (Dreams And Memories) Book 1
Fiksi PenggemarTerlahir dengan identitas ganda dan menyebabkan kemalangan bagi orang lain membuatnya dihantui rasa bersalah. Ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menyerah dan mengetahui orang terdekat ternyata memiliki kepentingan membuatnya diliputi rasa kecew...