Sore ini Jisoo dalam perjalanan menuju rumah sakit bersama Jennie. Keduanya baru saja dari apartemen untuk membersihkan diri dan membawa beberapa barang yang dibutuhkan. Mereka berencana menggantikan Suzy yang selama dua hari ini menjaga Alice di rumah sakit karena mereka sibuk dengan pekerjaan kantor yang tak bisa ditunda.
"sepertinya ambulans yang aku liat pada malam itu adalah ambulans yang membawa korban kecelakaan yang sama." Jennie
"malam itu ada sekitar tiga mobil yang terlibat dalam kecelakaan. Kata polisi kecelakaan terjadi karena jalan licin ditambah sambaran petir yang terjadi beberapa saat setelah mereka berhasil mengevakuasi beberapa korban.."
"..untung saja dua ambulans terisi penuh sehingga salah satu petugas medis masih berada di TKP untuk menunggu polisi yang ditugaskan untuk meminta keterangan sekaligus mengantarnya kembali ke rumah sakit. Kalau tidak, aku tidak tahu akan berapa lama lagi Alisyah terbaring sebelum akhirnya ditemukan." Jisoo
"Lalu bagaimana bisa paman Arthur mengizinkan Alice untuk tetap di sini? Aku mendengar dari Suzy bahwa sebenarnya paman Arthur datang untuk menjemput Alisyah dan berniat membawanya pulang pada hari itu juga." Jennie
"Tentu saja aku memohon. Aku tidak bisa tenang jika tidak melihatnya benar-benar dalam kondisi yang baik sebelum dia pergi. Sejujurnya kejadian saat aku menemukannya di tempat kejadian membuatku trauma. Kamu bisa bayangkan bagaimana rasanya ketika kamu harus memberi bantuan nafas pada adikmu yang seluruh tubuhnya sudah mendingin bahkan bibirnya membiru? Bahkan ketika aku sedang melakukannya hatiku bertanya-tanya apa dia masih ada?Aku bertanya dalam hati. Maaf. Ini bukan mayat kan? Itulah sebabnya dokter beberapa kali mengatakan bahwa Alisyah selamat benar-benar sebuah keajaiban." Jisoo
"Pagi itu ketika kamu dan Suzy menelfon, aku dan paman Arthur terkejut. Kami kira itu adalah berita buruk sehingga kami segera berlari kembali ke atas." Jisoo
Jennie tertawa. "Apa unnie tidak mendengarku dengan jelas? Padahal aku yakin hari itu aku ke tempat yang tenang untuk menelfon."
Jisoo terkekeh. "Kamu mungkin berbicara dengan jelas tapi aku memperhatikan raut wajah paman Arthur yang sepertinya sedang terkejut. Jadi aku berspekulasi bahwa sesuatu yang buruk terjadi pada Alisyah. Aku bahkan berlari lebih dulu meskipun pada akhirnya dia tiba lebih awal."
Keduanya mengisi keheningan dengan membahas kejadian pada malam itu. Namun lucunya permbicaraan serius mereka tiba-tiba menjadi lucu karena pikiran 4D Jisoo tiba-tiba muncul. Mereka kemudian membicarakan beberapa hal tentang masalah asmara mereka sampai akhirnya mereka tiba di kamar perawatan Alice. Oh ya, tadi siang Alice sudah dipindahkan ke ruang perawatan biasa setelah kondisinya berangsur-angsur membaik.
Ceklek
Atensi Suzy beralih ke arah pintu yang terbuka dimana Jisoo dan Jennie datang dengan barang bawaan masing-masing. Saat ini sudah hampir pukul 18.00 KST.
"bagaimana kondisinya?" Kata Jisoo setelah meletakkan buah di atas meja kemudian menghampiri tempat tidur Alice. Memperhatikan kondisi adiknya yang sepertinya sedang mendengarkan musik dengan menggunakan earbuds sambil menatap pemandangan malam dari kaca jendela. Sepertinya gadis itu tidak menyadari kedatangan Jisoo dan Jennie saat ini.
"sudah mendingan dari sebelumnya. Tapi dia masih sulit menghabiskan makanannya." Suzy menjawab sambil memandang Alice yang masih nyaman dengan dunianya sendiri.
Jisoo menyentuh tangan Alice kemudian berbicara setelah Alice menoleh dan melepas earbuds di telinganya. "Apa kamu ingin makan sesuatu? Siapa tau unnie bisa membuatkannya untukmu."
"Tidak perlu repot-repot unnie. Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman dengan pencernaanku." suara Alice terdengar lembut dan sedikit pelan.
"Apa kamu ingin kubuatkan mie goreng saus tomat?" Jennie tiba-tiba bergabung dalam percakapan. Wajahnya yang menawan dan senyuman yang menggemaskan membuat siapa saja ikut tersenyum melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice (Dreams And Memories) Book 1
FanfictionTerlahir dengan identitas ganda dan menyebabkan kemalangan bagi orang lain membuatnya dihantui rasa bersalah. Ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menyerah dan mengetahui orang terdekat ternyata memiliki kepentingan membuatnya diliputi rasa kecew...