Di salah satu danau yang luas dan tenang, dikeliling pepohonan. Beberapa daun telah menguning dan sebagian lagi telah berguguran. Angin terasa lebih sejuk dari biasanya walau tanpa butiran salju. Dua orang tengah duduk di kursi lipat masing-masing sedang mengadu keberuntungan dari stik pancing mereka. Berharap beberapa ekor ikan bisa mereka dapatkan kemudian dibawa pulang untuk menjadi santapan lezat di meja makan keluarga nantinya.
Dua orang itu tak lain adalah Sang Ook dan putrinya, Alice. Seperti rencana awal, saat ini mereka menikmati liburan akhir tahun dengan memancing di salah satu danau yang jauh dari keramaian kota. Kedua ayah dan anak tersebut memang sejak dulu sering menghabiskan waktu berdua dengan memancing jika memiliki waktu senggang. Dua tungku api sengaja Franz sediakan atas perintah Sang Ook mengingat Alice tak tahan dengan udara dingin. Tak lupa pula minuman hangat sudah tersedia di termos masing-masing yang diletakkan di kantung pada kursi lipat mereka.
"aku dengar kamu mengeluh soal pengamananmu Nak." Sang Ook membuka suara sambil memainkan stiknya.
"pengamanan sebanyak itu membuatku tak nyaman Appa." Wajar saja Alice mengeluh karena setiap ia tinggal di korea kedua orang tuanya itu sangat over protektif dan membatasi pergerakannya, tak seperti di Indonesia ia lebih leluasa ke sana ke mari karena di indonesia ia dikenal dengan Alisyah Kim, puteri dari petani berdara bugis eropa dan puteri dari wanita sederhana berdara korea.
"semua demi kebaikanmu Nak. Aku dan Oemmamu tidak mungkin membiarkanmu dalam bahaya." Sang Ook
Setelah meletakkan stik nya, Sang Ook meraih termos dan meneguk minuman hangatnya. "Belakangan ini terlalu banyak kejadian yang menyerang keluarga kita. Oemmamu hampir tertembak dan sampai sekarang kita belum menemukan pelaku dan dalangnya."
Sang Ook menutup termos minumanya dan kembali memasukkan ke dalam kantung kursi disisi kanannya. "sejak opening ceremoni beberapa hari yang lalu, Franz dan beberapa staf IT kita menemukan sangat banyak pencarian putri Kim Sang Ook dan Jessica Jung. Mungkin saja ada hal positif tapi didunia bisnis Appa dan dunia Politik Oemmamu ini sangat beresiko untuk keselamatanmu Nak."
"maaf Appa." Raut wajah dan suara Alice menciut ketika mendengar penuturan Sang Ook.
"Appa tidak marah padamu sayang. Appa hanya menjelaskan dan kamu harus tau kami hanya tak ingin puteri kami satu-satunya dalam bahaya." Sang Ook mengelus pucuk kepala Alice dengan sayang dan memberikan senyuman ringan.
"saat kamu kerja nanti penjagaanmu akan diawasi dari jarak jauh. Jadi kalau nanti Appa menyuruhmu memakai sesuatu jangan sekali-kali dilepas apalagi jika kamu tak berada dalam pengawasan Suzy." Sang Ook.
Mendengar nama Suzy, Alice menatap appanya. "kamu dan Suzy akan tinggal di apartemen yang sama. Appa sudah mengaturnya jadi kamu hanya perlu menurut dengan Suzy supaya teman kerjamu juga tak ada yang curiga."
Sang Ook melihat Alice tertawa kecil. Karena melihat reaksi penasaran Sang Ook, Alice akhirnya bersuara. "rasanya seperti berada di film action yang dikelilingi mata-mata."
Sang Ook ikut tertawa "kenyataanya seperti itu Nak. Kedua orang tuamu ini public figure dan orang yang berpengaruh. Tentu saja ada pro dan kontra. Secara tidak langsung kita pasti ada yang mengawasi."
Seketika senyuman Alice menguap. "kenapa Appa malah menakut-nakutiku." Mendengar pernyataan Alice, Sang Ook tertawa lepas begitu pula dengan Franz dan Suzy yang berjaga tak jauh dibelakang mereka. Sementara beberapa staf yang berjaga disepanjang jalan mengelilingi danau juga ikut tertawa karena mendengar percakapan ayah dan anak itu terekam melalui perangkat yang dipakai oleh Frans dan Suzy.
Tiba-tiba stik Alice disambar ikan. Dengan semangat Alice bertarung bersama stik pancingannya. Hanya beberapa menit pertarungan itu berakhir dan Alice menaruh ikan berukuran sedang itu ke dalam jangkar ikan yang sengaja Franz letakkan dalam genangan air danau agar ikan hasil tangkapan mereka tetap segar saat sampai di bawa pulang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alice (Dreams And Memories) Book 1
FanfictionTerlahir dengan identitas ganda dan menyebabkan kemalangan bagi orang lain membuatnya dihantui rasa bersalah. Ketika kenyataan hidup memaksanya untuk menyerah dan mengetahui orang terdekat ternyata memiliki kepentingan membuatnya diliputi rasa kecew...