54. Parallel 2

93 9 10
                                    

Udara dingin mengusik dan mulai terdengar kicauan burung. Hal itu membuat dokter yang semalaman terjaga harus terbangun apalagi ketika menyadari wanita yang semalam ia tolong sudah tidak ada di tempat tidurnya.

Ke mana dia?

Tanpa membuang waktu dia segera bersiap-siap dan membereskan tendanya sebelum hari semakin terik.

Sementara itu, seorang putri dari kerajaaan Silla berada dalam tandu yang diangkat oleh empat orang pelayan pria. Ini sudah beberapa hari sang putri dalam perjalanan dari kota Seora-beol menuju kota Pyongyang untuk melaksanakan perintah Ayahandanya dengan dikawal oleh enam puluh prajurit dan enam orang dayang yang berjalan tepat di belakang tandu beserta kuda-kuda yang mengangkut bahan makanan sebagai bekal perjalanan dan beberapa hadiah, sementara satu pengawal pribadinya berjalan tepat di samping kanan tandunya.

Gadis itu melakukan perjalanan dari kota Seora-beol menuju Hanseong menggunakan kuda kemudian dipertengah jalan dari Hanseong ke ibu kota Pyongyang mereka singgah ke salah satu desa untuk mengistirahatkan kuda-kuda yang lelah setelahnya melanjutkan perjalanan menggunakan tandu yang dipimpin oleh pengawal yang diutus langsung oleh istri pangeran utama kerajaan Goguryeo. Gadis itu melihat pemandangan melalui jendela kanan sekaligus sesekali memperhatikan pengawalnya yang selalu saja berekspresi serius.

Apa sejak kecil dia memang tidak bisa tersenyum?

Walaupun sang pengawal tahu bahwa dia sedang ditatap, dia tetap diam dan menatap lurus ke depan melihat tiga orang pengawal utusan Goguryeo. Sebab dia terlalu takut dan merasa tidak pantas menatap mata sang putri. Sang putri memang memiliki tatapan yang khas. Tatapannya terlihat tajam seperti kucing. Jika sang putri sedang dalam suasana hati yang buruk maka tidak akan ada yang berani memandangnya. Bahkan para dayang tidak akan berani menatap ujung sepatunya sekalipun. Namun hal itu berbanding terbalik jika sang putri dalam suasana hati yang baik, sebab dia akan terlihat lucu karena entah mengapa ketika dia tersenyum kedua pipinya akan mengembang dan menggemaskan.

Sang putri kemudian membuka jendela sisi kiri lalu mencondongkan kepalanya ke arah jendela berusaha menghirup sejuknya udara pagi hari ini dan melihat pendangan hijau sambil mendengar kicauan burung-burung yang membuat suasana hatinya sedikit membaik. Saat menikmati pemadangan dan suasana, gadis itu melihat seorang pria berjalan seorang diri sambil membawa tas cukup besar di punggungnya. Tepat ketika tandu yang membawanya melintas di samping pejalan kaki itu tatapan mereka bertemu. Tiba-tiba sang putri menyentuh wajahnya dengan bingung.

Mengapa dia menatapku seperti itu? apa mungkin ada noda di wajahku? atau riasanku terlihat aneh?

Sang putri nampak mulai gelisah sambil menyentuh wajahnya dengan hati-hati. "sung kyung"

"hamba di sini Yang tuan putri." Seorang dayang dalam barisan segera menghampirinya dan berdiri sambil berjalan tepat disisi kanan tandu menggantikan pengawalnya.

"apa ada sesuatu di wajahku? Atau riasanku terlihat aneh?"

Sung Kyung terlihat bingung memberi jawaban tapi dia mencoba mencari dengan teliti "sesuatu" yang dimaksud. "tidak ada apa-apa tuan Putri. Anda selalu cantik seperti biasanya." Sung Kyung menjawab sambil merendahkan pandangannya.

"benarkah?" Sang putri memastikan dengan bertanya pada pengawalnya.

"benar yang mulia." pengawalnya menjawab.

"oh baiklah."

Rombongan sang putri terus berjalan namun pria pejalan kaki yang putri maksud justru nampak linglung disetiap langkahnya setelah melihat seorang wanita yang menatapnya beberapa saat yang lalu. Entah mengapa tiba-tiba saja hatinya merasa sedih.

Alice (Dreams And Memories) Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang