127

42 8 0
                                    

Sekitar pukul lima sore yang lalu, Jennie dan Alice akhirnya tiba di Manoban's Hotel dan memutuskan segera beristirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekitar pukul lima sore yang lalu, Jennie dan Alice akhirnya tiba di Manoban's Hotel dan memutuskan segera beristirahat. Karena ada Suzy, Jennie mengusulkan untuk mengambil kamar dengan King Size Bed sehingga mereka bertiga dapat tidur di bed yang sama. Gadis mata kucing itu masih tidur bersama Suzy dengan posisi saling memunggungi. Sementara Alice baru saja selesai ibadah magrib dan hendak memberishkan diri dengan mandi air hangat sebab saat ini sudah hampir pukul tujuh malam dan mereka akan bersiap-siap untuk pergi makan malam.

Sementara itu keluarga besar tuan Nafiz baru saja memasuki restouran hotel. Segera setelah mengetahui kedatangan tamu tersebut, seorang pelayan segera menghampiri mereka. "Dengan keluarga tuan Nafiz Mubarak?"

"Benar." Tuan Nafiz membenarkan.

"kalau begitu tuan, nyonya silahkan ikuti saya."

Keluarga itu kemudian digiring menyusuri koridor melewati beberapa ruangan yang dari luar tampak sepi. Setelah beberapa saat berjalan mereka melihat tiga orang staf yang berdiri di depan pintu mengenakan pakaian formal. "Beliau adalah tuan Nafiz Mubarak dan keluarganya." Setelah mendengar nama tersebut kedua staf segera membukakan pintu dengan sikap yang sopan dan ramah.

"silahkan tuan, nyonya.." Satu persatu keluarga besar tuan Nafiz memasuki ruangan tersebut dan menemukan pemandangan yang tampak mewah dan berkelas. Ruangan itu dilapisi karpet bermotif dan beberapa kursi sofa dan televisi berukuran besar. Di atas meja berbagai hidangan kue dan buah tertata rapi dan artistik.

Setelah mengalami pengalaman singkat ini, Anggun tidak bisa menahan diri untuk berbicara ketika berjalan disisi ibu Hanum. "Ma, kayaknya Wawan beneran dari keluarga yang mapan."

Salah satu dari empat orang pelayan segera menghampiri mereka dan berkata. "Selamat malam tuan, nyonya. Silahkan duduk dulu sambil menikmati hidangan pembuka yang telah kami sediakan. Saat ini nyonya sedang ke kamar kecil."

Keluarga tuan Nafiz mulai duduk di sofa dan segera menerima pelayanan terbaik dari keempat pelayan. Setelah beberapa saat tiga orang wanita memasuki ruangan tersebut melalui pintu lain. Kedua dari wanita yang berhijab adalah nyonya Citra dan saudara sepupu iparnya nyonya Annisa serta satu gadis di sebelahnya adalah Mikhaila, keponakannya. Namun Mikhaila memisahkan diri ke sudut ruangan untuk mengangkat panggilan telepon.

Seperti biasa pada pertemuan keluarga mereka akan berbasa-basi. Citra juga mengucapkan kata maaf karena telah membuat tamu mereka menunggu dan setelahnya ibu Hanum mulai memperkenalkan anggota keluarganya. "lalu, apa ini putri yang mbak Citra bilang ya?" Ibu Hanum mengisyaratkan Mikhaila yang sepertinya baru saja selesai mengangkat panggilan telepon.

Citra tersenyum kemudian berkata. "Ini keponakan saya mbak, putrinya mbak Annisa." Ibu Annisa memberi isyarat pada putrinya untuk mendekat dan memperkenalkan diri.

"Kata Wawan, pak Nafiz ini pensiunan perwira polri." Citra berkata saat Mikhaila hendak bersalaman dengan tuan Nafiz.

Mikhaila yang melihat senyuman tuan Nafiz segera memberikan salam hormat formal yang biasa dilakukan para militer. Melihat interaksi keduanya mereka semua terkekeh. Sementara itu Wawan akhirnya datang juga dan segera bergabung dengan mereka. Wawan tentu saja menyapa para tamu dulu sebelum kemudian berjalan ke arah Citra dan ibu Annisa untuk salim kemudian duduk di sebelah Mikhaila. "Mas Nafiz itu senang banget liat anak muda yang punya tekad di kemiliteran mbak, tapi sayangnya anak-anak semua gak ada yang tertarik ngikutin jejak karir abinya." Ibu Hanum melanjutkan pembicaraan setelah mengetahui bahwa Mikhaila sebenarnya adalah seorang polwan dengan pangkat Ibda.

Alice (Dreams And Memories) Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang