11

1.4K 143 11
                                    

Anneth berjalan seorang diri menyusuri koridor sekolahnya. Saat ini, jam istirahat tengah berlangsung. Sehingga, suasana koridor cukup ramai oleh siswa-siswi yang sedang berlalu-lalang atau sekedar berdiri di pinggir-pinggir untuk saling berbincang.

Gadis itu menoleh ke kanan-kiri, karena bingung harus pergi kemana untuk menghabiskan waktu istirahatnya. Di kelas, terasa sangat membosankan apalagi setelah melewati 2 jam mata pelajaran fisika, kepala Anneth serasa ingin pecah karena berbagai deretan rumus yang ada. Perpustakaan? Ah tidak. Bisa-bisa kepalanya semakin pusing karena melihat banyaknya buku yang ada di sana. Ke kantin rasanya juga malas, mengingat suasana kantin pasti sangat ramai dan sesak.

Akhirnya, Anneth pun berjalan tak tentu arah. Berharap dia bisa menemukan tempat yang tepat untuknya beristirahat sejenak dari semua hiruk-pikuk sekolah. Saat Anneth sedang berjalan sembari asyik bersenandung kecil, menyanyikan lagu favoritnya. Ada seseorang yang berdiri tepat di depannya dan menghadang langkahnya. Anneth pun sedikit mendongak dan mendapati Betrand sudah berdiri di hadapannya.

Anneth menatap Betrand dengan heran karena laki-laki itu secara tiba-tiba sudah ada di depannya, entah darimana munculnya makhluk itu.

"Ngapain kak?" tanya Anneth.

Betrand mengulurkan dua batang cokelat kepada Anneth, "Buat lu. Sebagai tanda terima kasih gue karena lu udah ngobatin gue kemarin".

"Astaga...gak perlu sampe repot-repot gini, kak. Gue ikhlas bantuin lu kemarin" Anneth mencoba menolak pemberian Betrand karena merasa tidak enak.

"Gue juga ikhlas kasih lu ini. Gih! Ambil! Sebelum gue ngomel" Anneth mendengus kesal dan menerima cokelat tersebut sedikit terpaksa.

"Thanks kak" Betrand mengangguk.

Pandangan mata Betrand teralih untuk menatap ke sekitaran Anneth.

"Temen lu yang dua itu mana? Biasanya kemana-mana bertiga udah kayak apaan tau" ucap Betrand sedikit berbasa-basi.

"Misell ke perpus, Zara gak masuk karena jagain kak Bima di rumah sakit. Ortunya kak Bima lagi di luar kota semua, jadi gak ada yang jaga"

Betrand sedikit tertegun saat mendengar penjelasan dari Anneth. Betrand bahkan lupa untuk mencari tahu bagaimana kondisi terkini dari Bima setelah kemarin dia menghajarnya habis-habisan. Ia tidak menyadari, ternyata egonya terlalu tinggi, sampai-sampai dia membiarkan Bima berada di rumah sakit seorang diri dan hanya ditemani oleh Zara, itupun karena gadis itu yang rela membolos agar bisa menemani Bima.

Betrand semakin menyesali perbuatannya. Bisa-bisanya, di saat salah satu anggotanya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, justru tidak ada seorang pun anak Lengkara yang bersedia datang dan menjenguk. Teman macam apa mereka? Padahal, Bima adalah salah satu temannya yang paling setia dan selalu mengutamakan tentang dirinya. Bima mendedikasikan sepenuh hidupnya untuk Lengkara. Bima sudah banyak berkorban untuk melindungi dan menjaga Lengkara. Lantas, inikah balasan yang didapat oleh Bima setelah semua pengorbannya kepada Lengkara? Tidak. Mereka semua tidak boleh se-egois ini.

"Terus, kenapa lu gak ikut Misell ke perpus?" tanya Betrand berusaha menyembunyikan perasaan gundahnya mengenai Bima.

Anneth menghembuskan napasnya kasar dan langsung memanyunkan bibirnya. Sangat lucu dan membuat Betrand gemas.

"Otak gue udah ngebul ya kak gara-gara pelajaran fisika 2 jam. Ya kali gue masih mau ngabisin waktu istirahat gue ke perpus. Udah gila kali gue" keluh Anneth.

"Lah itu nyatanya Misell aja ke perpus"

"Dia mah spesies langka kak. Kerjaannya belajar mulu. Gue sampe capek liat dia kemana-mana selalu nenteng buku" Betrand hanya manggut-manggut mendengar ucapan Anneth.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang