1

2.2K 125 5
                                    

      Tahun ajaran baru telah dimulai. Setiap sekolah-sekolah yang berada di Jakarta, telah siap untuk menyambut siswa-siswi mereka, khususnya siswa-siswi baru kelas 10. Ada begitu banyak kegiatan yang telah dipersiapkan oleh pihak sekolah dan wajib diikuti oleh seluruh kelas 10 tanpa terkecuali. Kegiatan tersebut adalah masa orientasi siswa, dimana siswa-siswi baru harus melewati kegiatan orientasi selama 3 hari yang dibimbing oleh kakak-kakak OSIS. Mereka semua belum boleh memakai seragam SMA mereka dan harus memakai seragam SMP asal mereka masing-masing. Setelah, masa orientasi selama 3 hari selesai, baru lah mereka resmi menjadi murid di sekolah mereka dan diperbolehkan untuk memakai seragam SMA sesuai dengan yang sudah ditentukan.

Namun, pemandangan berbeda justru terjadi di SMA Lentera Garuda. Seluruh siswa-siswi baru tidak perlu melewati kegiatan orientasi dan bisa langsung masuk ke kelas mereka masing-masing. Mereka semua juga sudah secara resmi menjadi bagian dari SMA Lentera Garuda sejak hari pertama mereka masuk sekolah. Siswa-siswi baru SMA Lentera Garuda akan mendapat freeclass selama 3 hari, sebelum nanti mereka mengikuti kegiatan belajar-mengajar secara efektif. Selama 3 hari tersebut, mereka bebas melakukan apapun asal mereka tetap datang ke sekolah.

Seorang siswi dengan rambut dikuncir satu, terlihat duduk di sebuah bangku kayu panjang yang ada di depan kelas bertuliskan '10 IPA 1'. Dia mengayunkan kedua kakinya sembari menatap ke arah lapangan basket, memperhatikan orang-orang yang sedang asyik bermain basket di sana. Lama-kelamaan dia merasa bosan karena tidak ada orang yang bisa dia ajak bicara. Tapi, dia juga tidak tahu siapa yang bisa dia ajak bicara, karena ini baru hari pertamanya masuk sekolah dan belum ada seorang pun yang dia kenal. Bahkan, gadis itu adalah orang pertama yang tiba di kelasnya.

'Pukk' seseorang menepuk pundaknya, membuat gadis cantik itu menoleh.

"Lu anak kelas 10 IPA 1 juga?" tanya orang tersebut.

Gadis itu mengangguk.

"Iya, lu juga?" gadis itu menatap ke arah lawan bicaranya.

"Iya. Kenalin nama gue Zara. Lu?" orang itu mengulurkan tangannya.

"Gue Anneth" jawab gadis itu seraya membalas uluran tangan itu dan mereka saling berjabat tangan sebentar.

"Oke Anneth, salam kenal ya! Lu adalah temen pertama gue di sekolah ini" Zara ikut duduk di sebelah Anneth.

"Bisa aja. Tapi, lu juga temen pertama gue sih. Soalnya gue belum kenal sama siapa-siapa di sini selain lu" ujar Anneth.

"Oh ya, hari ini kan kita masih freeclass. Lu rencana mau ngapain?" tanya Zara basa-basi agar mereka tidak mati obrolan dan jadi canggung satu sama lain.

"Ya paling keliling-keliling sekolah aja gak sih? Gue juga gak tau mau ngapain. Abis ni sekolah rada aneh juga, masa gak ada masa orientasi" balas Anneth.

"Bener juga sih. Tapi, ada enaknya kita gak pake orientasi-orientasi segala. Soalnya, gue males tuh dibentak-bentak gak jelas sama kakak kelas. Gue mau kesan pertama gue masuk sekolah ya adem-adem aja, males ribut" Anneth hanya manggut-manggut mendengar perkataan Zara.

Obrolan mereka terhenti saat mendengar suara keributan yang tidak jauh dari mereka. Karena penasaran, Anneth dan Zara pun menghampiri ke sumber suara dan mendapati kerumunan siswa-siswi berkumpul di koridor utama. Teriakan-teriakan histeris dari para siswi perempuan yang cukup memekakkan telinga tidak dapat terelakkan. Mereka berteriak senang seolah sedang melihat artis favoritnya ada di hadapan mereka saat ini. Tapi, hal yang berbeda terlihat pada siswa laki-laki. Mereka berjejer rapi di sepanjang koridor dengan raut wajah ketakutan.

Hal itu membuat Anneth sedikit merasa heran. Kenapa ada perbedaan situasi yang terjadi di sini? Memang siapa yang datang sampai-sampai membuat para siswi berteriak senang, tapi justru menjadi momok menakutkan bagi siswa laki-laki?

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang