"Childish!"
Sebuah suara berhasil menghentikan langkah Betrand yang hendak menaiki tangga rumahnya. Betrand menoleh dan menatap orang itu dengan wajah datar.
"Gue baru tau, ternyata seorang Betrand Putra Alfonsius tuh kekanakan banget ya? Lu rela ngabisin temen lu sendiri cuman karena dia pacaran. Sumpah, gue gak ngerti sih sama jalan pikiran lu" ucapan orang itu berhasil membuat Betrand membelalakkan matanya tidak percaya.
"Darimana lu tau?" Betrand berjalan mendekati orang itu.
"Gak penting gue tau darimana. Tapi serius deh, makin ke sini, gue makin gak ngerti, Nyo sama isi otak lu. Masalah se-sepele itu, bahkan menurut gue seharusnya itu bukan lah sebuah masalah. Toh orang pacaran salahnya dimana? Tapi, bisa-bisanya lu pake alesan itu buat ngehajar Bima sampe kayak tadi"
"Lu gak ngerti apa-apa, mending diem!" Betrand menunjuk wajah orang itu dengan telunjuknya.
"Gak ngerti? Apa yang gue gak ngerti soal lu, hah?!" orang itu mendorong pelan bahu Betrand.
"Terserah! Gue males ya debat sama bocil kayak lu. Urusin aja urusan lu sendiri, gak usah ikut campur sama permasalahan gue apalagi soal Lengkara!" Betrand segera berbalik dan mulai melangkah pergi.
"Apa ini semua ada hubungannya sama kematian kak Vini? Hmm?"
Tangan Betrand terkepal kuat saat orang tersebut mulai mengungkit kejadian yang paling dibencinya. Matanya memejam sejenak untuk menahan gejolak emosi yang tiba-tiba menyergapnya.
"Kejadian itu udah 2 tahun lalu, Nyo. Kenapa sih lu masih gak bis-"
"CUKUP MISELLIA PUTRI ALFONSIUS...!!! GUE GAK MAU LU UNGKIT-UNGKIT SOAL KAK VINI LAGI DI DEPAN GUE!!" Misellia sedikit terlonjak kaget saat Betrand tiba-tiba berteriak seperti itu.
"Nyo, lu emang ketuanya Lengkara, tapi lu gak berhak untuk ngatur hidupnya Bima! Setiap orang berhak buat jatuh cinta, termasuk Bima dan Zara" tutur Misellia.
Betrand mengacak rambutnya frustasi.
"Lu gak ngerti, Sell! Gak akan pernah ngerti! Gue begini juga karena gue pengen lindungin sahabat lu, gue gak mau dia kenapa-napa" Betrand menatap Misellia sedikit sendu.
"Musuh Lengkara terlalu banyak, Sell! Gue gak mau, kejadian kak Vini bakalan keulang lagi" lanjut Betrand. Laki-laki itu tampak menundukkan kepalanya.
"Nyo! Kegagalan satu orang dalam menjaga kak Vini, bukan berarti lu bisa sama ratain kejadian itu ke semua orang! Lu gak boleh egois dong, Nyo! Bima dan Zara saling menyayangi, lu jangan halangi kebahagiaan mereka" Misellia mencoba memberi nasihat kepada Betrand, berharap bisa sedikit membuka pikiran laki-laki itu.
"Sell, lu tau kan kak Vini meninggal gara-gara siapa? Gara-gara Marcell! Karena kelalaiannya buat jagain kak Vini, gue harus kehilangan kakak gue, Sell! Gue cuman gak mau Zara ngalamin hal yang sama. Apa salah?"
Misellia menatap Betrand tidak percaya.
"Lu masih nyalahin kak Marcell atas semua yang terjadi? Apa kematian kak Marcell gak cukup buat lu? Gak cukup buat nebus semua kesalahan dia? Nyo, udahlah. Gue juga kehilangan kak Vini, sama kayak lu. Tapi menurut gue, gak ada gunanya gue berlarut-larut. Kak Vini udah bahagia di sana. Kejadian di masa lalu biarlah berlalu. Sekarang, biarin Zara dan Bima bahagia dengan pilihan mereka" Misellia sudah tampak lelah menasihati kakaknya yang sangat keras kepala itu.
"Terserah! Gue capek dengerin ocehan lu itu. Yang jelas, gue gak akan pernah ijinin anggota Lengkara jatuh cinta apalagi sampe pacaran!" tegas Betrand.
Betrand segera berlalu dan menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
FanfictionApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...