38

1.1K 124 29
                                    

"Lu bisa diem gak sih, Nyo? Daritadi mondar-mandir mulu kek setrika-an. Gue pusing tau gak liatnya!" protes Misellia yang sudah jengah melihat kakaknya mondar-mandir sejak tadi di hadapannya.

"Gue lagi pusing tau, Sell. Lu diem dulu kenapa!" perintah Betrand dan masih melanjutkan kegiatan mondar-mandirnya.

"Ya sama! Gue juga pusing liat lu begitu. Kalo ada masalah tuh cerita, siapa tau gue bisa bantu" ujar Misellia.

Karena sudah lelah mondar-mandir sejak tadi, ditambah Misellia yang memarahi dirinya, akhirnya Betrand pun duduk di sofa sebelah Misellia.

"Ini masalah Anneth, Sell" kata Betrand dengan tampang lusuhnya.

"Kenapa lagi sama Anneth? Bukannya lu berdua udah baikan? Apa berantem lagi?" tebak Misellia.

Betrand menggeleng.

"Kita gak berantem, tapi..." kalimat Betrand menggantung.

"Tapi apa?" Misellia menatap gemas ke arah Betrand karena terlalu bertele-tele.

"Anneth pengen ketemu sama bokap nyokap, Sell" lirih Betrand.

"APAA??!!!" Misellia terbelalak kaget, seolah tidak percaya dengan yang dia dengar barusan.

"Kan, lu aja kaget. Apalagi gue tadi pas denger Anneth ngomong langsung, berasa jantung gue berhenti mendadak" Betrand menyandarkan punggungnya di sofa.

"Terus lu jawab apa? Lu bilang yang sebenernya ke Anneth?" ucap Misellia memastikan.

"Ya kali gue ngomong yang sebenernya. Gue cuman bilang kalo bokap nyokap lagi ada urusan bisnis di Amsterdam dan belum bisa balik dalam waktu dekat. Untungnya Anneth ngerti dan gak nanya-nanya lebih jauh lagi" jelas Betrand.

"Hmm...bagus deh" Misellia mengangguk.

"Tapi, Nyo...mau sampe kapan deh lu ngeles mulu ke Anneth? Ya takutnya ntar lama-lama Anneth nanyain lagi gitu. Masa lu mau jawab pake alasan yang sama?" Misellia menatap wajah samping Betrand.

Hening. Betrand tampak memikirkan perkataan Misellia dengan seksama. Apa yang diucapkan adiknya itu ada benarnya. Cepat atau lambat, Anneth pasti akan menanyakan lagi tentang orang tuanya. Apalagi, Betrand sudah dikenal dan diterima dengan sangat baik oleh keluarga Anneth. Rasanya tidak adil jika dirinya tidak bergantian untuk mengenalkan Anneth pada kedua orang tuanya. Gadis itu pantas untuk diperkenalkan di hadapan orang tua dan keluarganya. Tapi, bukannya tidak ingin atau sengaja tidak memperkenalkan Anneth kepada orang tuanya, tapi situasi-lah yang tidak memungkinkan pertemuan itu terjadi.

"Gue gak tau, Sell. Gue juga masih ragu untuk menjelaskan yang sebenernya. Apalagi, setelah kejadian kemarin dimana hubungan gue dan Anneth nyaris berakhir karena dia tau, gue yang udah bunuh kak Marcell. Gue mungkin bisa dapetin maafnya kali ini, tapi gue gak yakin bakalan dapetin maaf untuk yang kedua kalinya. Gue takut kehilangan dia, Sell" ucap Betrand tanpa menatap ke arah Misellia.

Misellia mengangguk paham.

"Gue yakin, lu tau apa yang terbaik buat hubungan lu berdua, Nyo" Misellia menepuk pundak kakaknya.

Betrand hanya berdehem dan sibuk menatap langit-langit rumahnya.

"Atau, lu bisa suruh ayah sama bunda untuk dateng ke Jakarta buat nemuin Anneth sebentar terus balik lagi ke Amsterdam. Menurut gue, kalo cuman pertemuan singkat, Anneth juga gak akan ngeh siapa ayah dan bunda yang sebenernya" sebuah ide tiba-tiba muncul di otak Misellia.

Betrand menoleh dan menatap malas adiknya tersebut.

"Kalo bisa, dari kemarin-kemarin juga gue udah lakuin itu bahlul!" Betrand menjambak pelan rambut Misellia.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang