48

1.4K 138 26
                                    

Betrand dan Anneth baru saja turun dari angkot yang mereka tumpangi, tepat di depan gerbang SMA Lentera Garuda. Pasukan Lengkara yang sejak awal ikut konvoi di belakang angkot mereka juga ikut berhenti, menanti arahan selanjutnya dari sang ketua, yaitu Betrand.

"Davin, Mario, Jojo, kalian tolong pimpin anak-anak buat berjaga di sekeliling sekolah gue ya? Pastiin yang boleh masuk cuman orang-orang dari sekolah gue, kalo pun ada orang luar, kalian harus mintain kartu identitasnya. Ngerti semua?" perintah Betrand kepada para pemimpin regional Lengkara.

Davin, Mario dan Jojo mengangguk mengerti.

"Soal makan siang, gue juga udah kontak Sandy kemaren. Ntar dianterin ke sini kayak biasa" ujar Betrand.

"Siap, Bet. Ya udah kalo gitu gue sama yang lain pamit ya, mau koordinasi-in anak-anak" kata Davin, Betrand pun mengangguk mempersilahkan.

Setelah dikomando oleh Davin, seluruh anggota Lengkara yang tadi ikut bersama mereka, mulai menjalankan motor mereka meninggalkan Betrand dan Anneth yang masih berdiri di depan gerbang sekolah. Sepeninggal anggota Lengkara, Betrand pun memutuskan untuk masuk ke sekolah, namun langkahnya ditahan oleh Anneth.

Betrand sempat melirik sekilas tangannya yang dipegang oleh Anneth. Lalu, ia segera mengalihkan pandangannya dan menatap gadis itu. Meski hanya diam, Betrand sangat tahu apa yang Anneth inginkan darinya sekarang. Tentu saja gadis itu butuh penjelasan tentang mengapa ia masih ada di sini, padahal kemarin Betrand sudah memutuskan untuk berangkat ke Belanda.

Tangan Betrand terulur dan mengacak puncak kepala gadis itu.

"Aku gak mau bahas lagi soal itu. Intinya, aku udah tau semuanya" ucap Betrand.

"Udah ah yuk, ngapain berdiri di sini terus? Ntar malah kita dikira maskot SMA Lentera Garuda lagi. Ayo masuk!" Betrand menarik tangan Anneth perlahan untuk memasuki area sekolah.

Anneth hanya menatap punggung Betrand dalam diam. Jawaban laki-laki itu sama sekali tidak memuaskan rasa penasarannya. Tapi, menuntut Betrand untuk memberikan jawaban sesuai yang ia mau rasanya juga kurang tepat, karena hal itu pasti justru akan memicu perseteruan yang tidak diinginkan, padahal mereka baru saja berdamai. Damai? Ah tapi rasanya mereka belum benar-benar sampai di tahap itu. Masih terlalu banyak keraguan dan pertanyaan yang menjadi jarak pemisah di antara keduanya kini. Bahkan, sekarang Anneth tidak tahu tentang kelangsungan hubungannya dengan Betrand, apakah Betrand masih menganggapnya sebagai pacar atau tidak. Hubungan mereka berdua benar-benar terlihat sulit karena begitu abu-abu dan tidak ada kejelasan.

"Huffftttt...!!!" Anneth menghembuskan napasnya kasar, membuat Betrand menoleh ke arahnya.

"Kenapa? Capek ya kakinya? Aku gendong gimana? tanya Betrand dengan cemas.

Anneth menggeleng, "Baru juga jalan berapa meter, masa capek. Yakali"

"Yabagi"

"Yatambah"

"Yakur-"

"Ish...udah ah kak, kenapa malah dilanjutin" gerutu Anneth.

"Sekalian, Neth. Biar kebagian semua, baru adil namanya" Betrand cengengesan, sementara Anneth hanya memutar bola matanya malas.

"Lah...lah, Neth! Kok aku ditinggal? Tungguin ih!" Betrand segera berlari mengejar Anneth yang tiba-tiba meninggalkannya.

***
Di markas Lengkara yang berada di lantai 4 SMA Lentera Garuda, terlihat Ari, Rey, Bima dan Rici yang tengah mempersiapkan urutan klasemen untuk turnamen pertarungan atas yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Ratusan foto siswa laki-laki dari berbagai kasta, terlihat memenuhi meja. Tangan mereka berempat sibuk untuk memasangkan satu foto dengan foto yang lainnya, untuk menjadi lawan di turnamen nanti sesuai dengan daftar yang sudah ditetapkan.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang