18

1.3K 142 23
                                    

Sedikit kerusuhan terjadi pagi ini di rumah keluarga Alfonsius. Betrand yang sudah berjanji akan menjemput Anneth untuk berangkat bersama ke sekolah hari ini justru bangun kesiangan. Alhasil, laki-laki itu bergerak tergesa-gesa supaya tidak terlambat untuk menjemput Anneth.

Setelah selesai memakai seragam dan juga jaket Lengkara, Betrand pun langsung menyambar tas sekolah miliknya dan berlari menuruni anak tangga. Saat di ruang tengah, Betrand bertemu dengan Misellia yang sedang duduk di sofa sembari bermain ponsel, yang sudah rapi dengan seragam dan tas sekolahnya, tinggal menunggu waktu untuk berangkat ke sekolah.

"Lu berangkat sama siapa dek? Mang Didit apa pak Karta?" tanya Betrand sembari merapikan rambut basahnya yang belum sempat ia sisir.

"Gak sama dua-duanya" jawab Misellia tanpa menatap ke arah Betrand, karena masih sibuk bermain ponsel.

Betrand menghentikan aktivitasnya merapikan rambut dan menatap heran ke arah Misellia, "Terus sama siapa?".

"Kak Ari" balas Misellia singkat.

Betrand yang memang sudah mengetahui kedekatan Ari dengan adiknya, hanya ber-oh ria.

"Ya udah, gue duluan ya? Harus jemput Anneth soalnya" Misellia mengangguk.

Betrand menghampiri Misellia dan memeluknya sekilas, lalu berjalan menuju garasi rumahnya untuk mengambil motor kesayangan Betrand. Meski di rumahnya berjejer banyak sekali mobil dengan berbagai tipe, tapi Betrand jauh lebih senang menggunakan motornya. Karena lebih gesit dan bisa menghindari kemacetan di pagi hari.

Setelah menyalakan mesin motornya dan memanaskannya untuk beberapa saat, Betrand pun mulai melajukan motornya keluar dari pekarangan rumah dengan gerbang yang sudah dibukakan oleh mang Asep, salah satu satpam yang berjaga di rumahnya. Saat Betrand baru saja keluar gerbang, Ari datang dengan motornya. Mereka berdua pun sempat melakukan tos andalan.

"Adek gue udah nunggu di dalem, masuk aja gapapa" titah Betrand.

"Oke, Bet. Gue masuk ya?" Betrand mengangguk, sebelum akhirnya melajukan motornya meninggalkan rumah.

"Indahnya direstui sama abang ipar" gumam Ari sembari menatap punggung Betrand yang mulai menjauh.

Jalanan ibukota pagi ini cukup padat, mungkin karena hari Senin. Mau tidak mau, Betrand pun harus mencari jalan alternatif agar tidak terjebak kemacetan dan tidak kesiangan untuk menjemput Anneth. Karena Betrand sudah sering motoran keliling Jakarta, dia jadi tidak terlalu kesulitan untuk menemukan jalan tikus menuju rumah Anneth.

Setelah 15 menit perjalanan, Betrand pun tiba di sebuah rumah dengan desain sederhana berlantai 2, memiliki halaman yang cukup luas dan terdapat gerbang berwarna putih di depan rumahnya. Betrand turun dari motornya dan masuk ke dalam pekarangan rumah Anneth.

Rupanya, Anneth sudah menunggu di teras rumahnya dengan wajah cemberutnya. Sedangkan, Betrand datang dan berjalan ke arah Anneth sembari tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Pagi, ibu kos" sapa Betrand dengan cerianya.

"Pagi, pagi...udah siang!" ketus Anneth dan langsung berdiri.

Saat Anneth hendak berjalan mendahului Betrand untuk ke motornya, laki-laki itu menahan lengan Anneth.

"Apa lagi sih? Kita udah kesiangan nih" dengus Anneth kesal.

Betrand justru cengengesan dan mengusap-usap perutnya, "Laper, ada makanan gak?"

"Oh gosh, bentar!" Anneth memutar bola matanya malas dan kembali masuk ke dalam rumahnya.

Tak lama, Anneth kembali dengan sebuah bungkusan roti di tangannya. Betrand tersenyum sumringah dan langsung menyambar roti tersebut. Tanpa basa-basi, Betrand menggandeng tangan Anneth dan menuntunnya menuju motor yang tadi dia parkirkan di depan rumah Anneth.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang