36

1.2K 141 25
                                    

'Bugghhh' pukulan terakhir dari Betrand mendarat dengan mulus di wajah Elang, membuat laki-laki itu seketika tersungkur dan tidak sadarkan diri.

"Sorry bro, tuan rumah gak mungkin kalah di kandang sendiri" Betrand tersenyum menyeringai, kemudian melenggang pergi meninggalkan tubuh Elang yang tergeletak.

Suasana di SMA Lentera Garuda mendadak berubah menjadi tenang, tidak ada lagi keributan dan hanya tersisa para siswa laki-laki yang berdiri bersandar di tembok ataupun berjalan sempoyongan akibat kelelahan karena berkelahi sejak tadi. Tapi ketenangan yang terjadi, tetap tidak merubah fakta bahwa pertarungan besar antar dua kubu sekolah baru saja terjadi. Kaca-kaca pecah, pintu rusak, serta tubuh yang tergeletak di berbagai tempat, menjadi saksi bisu peperangan hari ini.

Betrand berjalan dengan gontai, berusaha mencapai gedung turnamen yang berada di sebelah timur gedung sekolahannya. Penampilan Betrand terlihat sangat kacau. Kancing baju yang nyaris terlepas semua, lengan kanan seragam Betrand robek, bercak darah menempel di baju seragamnya, serta tubuh yang penuh luka-luka.

Semakin lama, tubuh Betrand semakin tertatih dan sulit menyeimbangkan dirinya sendiri.

'Bruukkk' tubuh Betrand ambruk ke lantai. Untung saja, dia tidak terkena pecahan kaca yang bisa semakin melukai dirinya.

Tidak bisa dipungkiri, meskipun Betrand sangat ahli dalam beladiri, tapi mengalahkan puluhan orang dalam satu waktu sekaligus, sangat menguras tenaganya dan membuat seluruh badannya sakit. Apalagi, saat tubuhnya tidak ada henti-hentinya mendapatkan hantaman dan tendangan dari musuhnya. Rasa sakit dan nyeri menjalar di seluruh tubuh Betrand. Kepalanya terasa berat, seperti tidak sanggup melangkah lagi.

"BANNGGG...!!!" suara langkah kaki cepat terdengar mendekat ke arah Betrand.

"Bang, lu gapapa?" tanya seseorang yang baru saja tiba dan berjongkok di depan Betrand.

"Ya menurut lu gue gimana? Baik-baik aja kah?" Betrand menatap malas ke arah orang itu.

Orang itu nyengir.

"Kacau sih bang kondisi lu. Ya udah, apa mau gue bopong aja ke ambulans? Sekalian ikut ke rumah sakit sama yang lain?" tawarnya.

Betrand menggeleng.

"Bantu gue ke gedung turnamen aja, Mar. Gue harus liat kondisi Anneth" ujar Betrand sembari memegangi kepalanya yang masih sakit.

Damar berdecih, "Emang bucin akut lu, bang".

Damar segera mengalungkan satu tangan Betrand ke lehernya dan membantu Betrand untuk berdiri. Setelah menemukan posisi yang nyaman, Damar segera menuntun tubuh Betrand yang sudah tidak berdaya menuju gedung turnamen.

Tak butuh waktu lama, mereka berdua sudah tiba di depan pintu besi yang menjadi jalan masuk menuju gedung turnamen. Damar langsung membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam dengan masih menuntun tubuh Betrand.

"Kita kemana bang?" Damar menatap sekelilingnya yang terlihat cukup ramai. Selain siswi perempuan, guru dan staff, banyak siswa laki-laki yang terluka tidak terlalu parah juga sudah berada di sini, membuat suasana gedung semakin ramai.

"Ke seat B, tadi gue drop Anneth di sana" balas Betrand.

Damar bernapas lega, karena setidaknya posisi Anneth berada di deretan kursi yang ada di bawah, sehingga ia tidak perlu menuntun tubuh Betrand hingga ke lantai atas, yang pastinya akan semakin membuatnya kelelahan jika harus menggotong tubuh seseorang menaiki banyak anak tangga.

"Neth...!!" panggil Betrand saat dirinya melihat keberadaan Anneth yang sedang duduk di salah satu kursi.

"KAAKK...!!" Anneth berteriak antusias saat ia melihat keberadaan Betrand.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang