42

1K 131 33
                                    

Betrand berjalan seorang diri menyusuri koridor di sekolahnya. Wajahnya tampak datar, sorot matanya tajam, membuat tidak seorang pun berani menyapanya. Saat Betrand sedang asyik berjalan, ia merasa seperti ada yang mengikuti langkahnya di belakang. Dengan cepat, Betrand pun menoleh ke belakang. Nihil. Tidak ada siapapun di belakang Betrand selain siswa-siswi yang sibuk berlalu lalang. Betrand kembali melangkah, tapi lagi-lagi dirinya merasa seperti sedang diikuti dan setiap kali dia menoleh, tidak ada siapapun di belakangnya.

Hingga akhirnya, Betrand melewati rak piala yang terbuat dari kaca. Betrand menatap ke arah kaca tersebut dan langsung tersenyum licik saat ia mendapati bayangan orang di belakangnya. Tanpa pikir panjang, Betrand segera membelokkan langkahnya saat menemukan persimpangan jalan. Dia tidak melanjutkan langkahnya, namun memilih bersembunyi untuk menangkap basah orang yang sudah mengikutinya sejak tadi.

Benar dugaan Betrand. Empat orang laki-laki muncul dan tampak kebingungan mencari keberadaannya yang menghilang tiba-tiba.

"EKHEEMM...!!!" dehem Betrand dengan sangat keras, membuat empat laki-laki itu langsung terlonjak kaget.

"Astaga Betrand...!!" Rici hampir jatuh ke belakang saat melihat Betrand tiba-tiba muncul di hadapannya.

Ari, Rey dan Bima juga tidak kalah kagetnya melihat keberadaan Betrand di depan mereka.

"Ngapain hmm? Ngikutin gue diem-diem tuh buat apa? Kurang kerjaan banget lu pada!"

'Plakk...plakk...plakk...plakk' empat pukulan mendarat di kepala mereka masing-masing. Mereka tidak protes dan hanya terdiam karena aksinya sudah tertangkap basah oleh Betrand.

"Sekali lagi gue tanya, kalian ngapain ngikutin gue? Udah kayak penculik yang lagi ngincer targetnya tau gak!" Betrand menatap bergantian ke arah mereka berempat.

"Ya kita cuman mau mastiin aja, kalo lu gak bakalan bolos lagi kayak kemarin" jawab Bima.

"Kalo bolos biasa mah, kita biarin. Lah lu? Bolos malah sengaja nyari gara-gara sama gangster lain. Akibatnya apa? Balik-balik langsung babak belur begini kan lu? Kita cuman gak mau lu nekat lagi, Bet" Ari menepuk pundak Betrand sekilas.

"Bener kata mereka berdua. Wajar kan kalo sekarang kita jadi parno tiap liat lu pergi sendirian. Kita cuman gak pengen lu bahayain diri sendiri lagi. Cukup kemarin aja lu bikin kita spot jantung, Bet" imbuh Rey.

Betrand terdiam sejenak memikirkan perkataan teman-temannya. Dia tidak menyangka, bahwa aksi bodohnya kemarin, ternyata membuat semua orang mengkhawatirkan tentang dirinya.

Kemarin Betrand memang membolos untuk berbuat onar di markas para gangster. Betrand sengaja melakukan hal itu, agar dirinya bisa menjadi sasaran amukan massa. Ia hanya ingin melampiaskan sakit hatinya dengan cara membuat tubuhnya sendiri merasakan sakit yang luar biasa, sehingga sakit hatinya bisa sedikit terobati. Tapi ternyata, semua tidak sesuai bayangannya. Tubuh Betrand memang berhasil dipenuhi luka, namun ternyata hal itu tidak bisa menjadi obat untuk kepedihan di hatinya. Bahkan, dia juga membuat banyak orang khawatir karena aksi bodohnya.

"Kalian tenang aja, gue gak bakalan ngulangin tindakan bodoh gue lagi. Kemarin itu, cukup jadi yang pertama dan terakhir" Betrand tersenyum ke arah teman-temannya, membuat keempat laki-laki itu bernapas lega.

"Awas ye lu goblok kayak kemarin. Gue tambahin luka lu!" ancam Rici.

"Emang berani?" Betrand merangkul Rici, membuat nyali Rici seketika ciut.

"Kaga sih, Bet" Rici nyengir dan langsung menghempaskan tangan Betrand yang berada di pundaknya.

Saat sedang asyik mengobrol dengan keempat temannya, tanpa sengaja Betrand menangkap keberadaan Anneth yang berjalan seorang diri. Diam-diam, Betrand menatap setiap detail pergerakan Anneth. Dahinya berkerut saat menyaksikan Anneth yang mulai berjalan menaiki tangga menuju lantai 2.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang