Di sebuah lorong gelap yang terletak di bagian paling belakang SMA Lentera Garuda, 3 orang siswa dengan seragam dan rambut yang berantakan, duduk melingkar sembari merokok. Tak ada siswa-siswi lain di sana selain mereka bertiga. Tempat tersebut sangat sepi dan hampir tidak pernah dilewati siapapun. Sehingga, lorong tersebut digunakan sebagai markas oleh geng Firedumb.
Firedumb merupakan geng dari kasta bumi dan dipimpin oleh seorang anak kelas 11 bernama Vian. Dua anggota lainnya adalah Reza dan Arif, yang berasal dari kelas yang sama. Mereka salah satu geng yang seringkali membuat onar di SMA Lentera Garuda dan berambisi untuk merebut tahta Lengkara yang merupakan bagian dari kasta langit.
"Lu yakin bos mau langsung ngabisin Betrand?" Arif menatap bosnya.
"Yakin! Gue udah latihan cukup keras akhir-akhir ini dan gue yakin, kali ini gue bakalan ngalahin Betrand dan merebut posisi dia sebagai pemimpin di sekolah ini" Vian tersenyum menyeringai.
"Kapan lu mau nyerang dia bos?" tanya Reza penasaran.
"Sekarang!" Vian bangkit berdiri dan membuang puntung rokoknya.
Dengan langkah tegak, Vian meninggalkan kedua anak buahnya di markas dan berjalan dengan angkuhnya menuju markas Lengkara yang berada di lantai 4. Banyak mata memandang ke arahnya saat Vian melewati anak tangga. Beberapa siswa sedikit memberinya tanda hormat karena mereka tahu, bahwa Vian juga merupakan salah satu siswa yang ahli dalam berkelahi dan selalu menang dalam setiap turnamen pertarungan atas. Vian bahkan digadang-gadang sebagai pengganti Lengkara untuk menduduki kasta langit tahun depan, mengingat anggota Lengkara sekarang telah duduk di bangku kelas 12 dan akan segera lulus.
Tak butuh waktu lama, Vian telah tiba di depan pintu ruangan Lengkara.
'Braaakkk' pintu ruangan Lengkara terbuka secara tiba-tiba, membuat anggota Lengkara yang sedang berada di dalam sedikit terlonjak kaget.
Rupanya itu ulah Vian yang menendang secara paksa agar pintu ruangan itu terbuka. Rey langsung bangkit dari duduknya dan menarik kuat kerah seragam Vian.
"Cari mati lu, hah?!" Rey menatap tajam ke arah Vian, rahangnya mengeras karena menahan emosi.
Vian hanya tersenyum sinis dan mendorong tubuh Rey agar menjauh darinya.
"Gue gak ada urusan sama lu. Gue nyari ketua lu, dimana dia?" Vian menatap ke seluruh sudut ruangan Lengkara mencari keberadaan Betrand.
"Ada urusan apa lu sama Betrand?" Ari menghampiri Vian dan berbicara kepadanya dengan nada datar, seolah malas untuk meladeni laki-laki di hadapannya itu.
"Gue mau nantangin dia by one. Kalo gue menang, lu semua harus lengser!" Vian menujuk satu per satu anggota Lengkara yang ada di dalam markas.
Rici tersenyum remeh dan menepuk pundak Vian cukup keras.
"Bangun, jangan mimpi di siang bolong terus!" sindir Rici.
"Sialan lu!" ujar Vian tidak terima.
'Buggghhh' sebuah pukulan mendarat tepat di pipi Rici, membuatnya sedikit terhuyung karena kehilangan sedikit keseimbangannya.
"Boleh juga" Rici berbalik melayangkan tinjuan ke wajah Vian. Namun, Vian dapat menghindari serangan itu tepat waktu.
Vian memundurkan langkahnya untuk mempersiapkan kuda-kuda. Pandangan Vian terkunci pada Rici yang sedang menatap tajam ke arahnya. Setelah menemukan timing yang tepat, Vian berlari ke samping kiri, lalu sedikit melompat ke arah tembok dan menjadikan tembok sebagai tumpuan kakinya agar dia bisa melompat lebih tinggi lagi.
'Bugghhh' dengan cepat dan akurat, Vian berhasil menendang wajah Rici, membuat laki-laki itu jatuh tersungkur. Amarah Rici semakin memuncak. Rici segera bangkit dan kembali menyerang Vian. Tapi sayangnya, gerakan Rici dapat dibaca oleh Vian. Vian menahan tinjuan Rici yang terarah kepadanya. Dengan pukulan yang sangat kuat, Vian memukul Rici tepat di ulu hatinya, membuat Rici mundur beberapa langkah. Darah segar keluar dari mulut Rici.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
أدب الهواةApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...