'Bruummm...brummm' puluhan motor besar dan satu buah mobil box, berhenti secara serentak di depan panti asuhan Muara Bunda. Setelah memarkirkan motornya dengan benar, delapan pengendara motor langsung turun dari kendaraan masing-masing, diikuti oleh tiga orang gadis yang masih memakai seragam SMA, sama seperti yang lainnya.
"Oke, buat cewek-cewek, kalian bertiga ikut gue sama Ari masuk duluan ke dalem. Nah untuk Rey, Rici, Bima, Fahmi, Mario dan Saka, tolong kalian turunin barang-barang keperluan panti dan bawa masuk ke dalem ya. Sama gitar di dalem mobil jangan lupa ikut diturunin. Kalo udah semua, yang lainnya bisa langsung keliling buat bagiin nasi box ke jalan-jalan" Betrand membagikan tugas untuk masing-masing tim.
Mereka semua mengangguk setuju.
Betrand, Ari, Anneth, Misellia dan Zara sudah terlebih dulu berjalan masuk menuju panti, sedangkan yang lain masih berada di luar untuk menjalankan tugas mereka masing-masing. Di dalam, Betrand dan yang lainnya disambut dengan ramah oleh para pengurus panti, tak lupa mereka berlima pun mencium tangan ibu panti dan yang lainnya sebagai wujud kesopanan mereka.
"Anak-anak udah nunggu di aula, nak. Kalian bisa langsung ke sana aja" ujar ibu Ningsih, selaku ibu panti di tempat ini.
"Oh iya, bu. Kalo begitu kami langsung ke sana ya" pamit Betrand.
Mereka berlima segera berjalan menuju aula. Senyum mereka langsung mengembang saat melihat betapa antusiasnya anak-anak menyambut kedatangan mereka semua.
"Kak Betrand...kak Ari" teriak beberapa anak kecil yang berusia kisaran 5-10 tahun.
Betrand dan Ari langsung berjongkok saat melihat mereka berlari ke arahnya sembari merentangkan kedua tangan mereka dengan lebar.
'Happpp' anak-anak itu menghambur ke pelukan Ari dan Betrand. Kedua laki-laki itu pun dengan senang hati menyambut pelukan hangat yang diberikan oleh anak-anak panti di sini.
"Kak, kok kalian baru ke sini sih? Kan kita kangen kak" celetuk Kenzo, seorang anak laki-laki berusia 6 tahun.
Ari mengacak rambut Kenzo dengan gemas, "Maaf ya, kakak-kakaknya lagi banyak tugas di sekolah, jadinya gak sempet ke sini deh"
"Berarti gurunya kakak nakal ya?" ceplos Charles, anak laki-laki berusia 5 tahun dengan pipi gembulnya yang menggemaskan.
"Kok nakal?" satu alis Betrand terangkat sembari menatap ke arah Charles.
"Soalnya kakak-kakak dikasih tugas banyak. Pasti capek ya kak?" ujar Charles dengan polos.
Mendengar hal itu, Betrand langsung mencubit kedua pipi Charles sangking gemasnya melihat tingkah Charles yang polos, namun penuh perhatian.
"Gak dong. Kan guru ngasih tugas biar kita semua pinter, jadi gak nakal dong. Charles mau kan jadi pinter?" Charles mengangguk menanggapi ucapan Betrand.
"Nah itu berarti, Charles harus rajin ya kerjain tugas sekolahnya biar pinter terus jadi presiden deh" timpal Ari yang langsung dibalas gelengan oleh Charles.
Ari sedikit tersentak kaget, "Kok geleng? Charles gak mau jadi presiden?"
Charles kembali menggeleng.
"Charles maunya jadi Superman, wusshhh..." Charles memperagakan gerakan Superman yang hendak terbang, membuat Betrand dan yang lainnya tertawa melihat Charles yang begitu menggemaskan dan polos.
"Wahh...keren, berarti kalo mau jadi Superman harus bisa terbang dong ya" Ari langsung menggotong tubuh Charles dengan gaya tengkurap di pundaknya, kemudian ia berlari, seolah Charles sedang terbang di udara dengan bantuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
FanfictionApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...