Di tengah ramainya siswa-siswi yang berlalu-lalang sembari bercanda dan tertawa, Betrand memilih untuk duduk seorang diri di sudut kantin. Matanya tidak henti menatap benang merah yang masih melilit di jari kelingkingnya, sebagai simbolis cinta yang tidak akan pernah terpisahkan antara dirinya dan Anneth.
Tapi, beberapa bagian dari lilitan itu tampak putus dan kusut, apakah ini merupakan pertanda bahwa hubungannya dengan Anneth akan mengalami hal yang sama? Apakah cerita tentang cinta sejati yang dipersatukan dengan benang merah hanyalah dongeng penghantar tidur di malam hari yang sebenarnya tidak pernah ada di muka bumi ini? Apakah cinta yang abadi memang hanya omong kosong belaka?
Betrand mengusap wajahnya dengan kasar dan menghela napasnya yang terasa berat. Ia menyandarkan tubuhnya di tembok dan menatap kosong keramaian yang ada di depannya. Hingga segerombolan siswi yang baru saja memasuki kantin mengalihkan perhatiannya. Betrand menatap nanar ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah seorang gadis yang begitu ia cintai dan ia rindukan.
Entah dorongan darimana, Betrand beranjak dari kursinya dan menghampiri meja ketiga gadis itu.
"Neth..." panggil Betrand dengan lembut.
Bukan Anneth yang menoleh, melainkan Zara dan Misellia. Sedangkan yang namanya baru saja disebut oleh Betrand, justru tampak sibuk dengan ponselnya dan seperti tidak menganggap keberadaan Betrand.
"Neth..." Zara menyenggol tubuh Anneth dengan sikunya, berharap Anneth mau untuk menengok ke arah Betrand.
"Apa sih ah, Zar! Jangan ganggu gue!" Anneth tidak menoleh sedikit pun dan masih sibuk menatap layar ponselnya.
"Neth, aku minta ma-" belum selesai Betrand berbicara, tiba-tiba Anneth sudah berdiri dari kursinya dan pergi berlalu begitu saja, meninggalkan Zara dan Misellia yang masih cengo melihat kepergian Anneth yang tiba-tiba.
"Eh eh, Neth! Lu mau kemana?" Zara langsung mengejar Anneth yang sudah lebih dulu pergi. Sedangkan Misellia tetap berada di sana dan menatap ke arah Betrand yang tampak sendu menatap kepergian Anneth.
"Nyo, ini sebenernya ada apa sih? Lu sama Anneth lagi berantem?" tanya Misellia.
Pandangan Betrand teralih dan menoleh ke arah Misellia.
"Anneth udah tau, Sell" kata Betrand dengan suara pelan.
Misellia membulatkan matanya. Dia tahu apa yang dimaksud oleh kakaknya. Misellia ikut shock saat mengetahui bahwa alasan Anneth marah kepada kakaknya, karena gadis itu sudah tahu tentang masa kelam dari Betrand.
"Lu yang cerita?" Misellia mencoba memperjelas kronologi yang terjadi.
Betrand menggeleng.
"Agam. Agam yang cerita semuanya ke Anneth dan bikin Anneth semarah ini sama gue" balas Betrand.
"Agam? Adeknya kak Marcell kan?" konfirmasi Misellia.
Betrand mengangguk lemah.
"Tapi, Nyo...dia aja salah paham sama kejadian waktu itu, gue rasa dia juga pasti ngasih info yang salah ke Anneth makanya Anneth jadi semarah ini sama lu. Terus gimana? Lu udah jelasin yang sebenernya ke Anneth?" Betrand menggeleng.
Misellia memejamkan matanya dan menepuk jidatnya.
"Oh shit!" umpat Misellia.
Misellia menatap ke arah Betrand dengan serius.
"Mau sampe kapan, Nyo? Lu mau biarin kesalahpahaman ini terus terjadi? Iya? Lu harus cepet-cepet jelasin semuanya ke Anneth, sebelum terlambat" Misellia menepuk-nepuk pundak kakaknya.
Betrand mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Gue gak tahu, Sell. Jangankan buat jelasin, lu liat sendiri kan tadi? Gue baru ngomong berapa kata aja, Anneth langsung pergi gitu. Gimana caranya gue bisa jelasin semua ke Anneth?" pikiran Betrand seakan buntu dan tidak bisa berpikir dengan jernih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
FanfictionApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...