Pagi ini, anggota Lengkara sudah dikagetkan dengan kedatangan Betrand yang baru saja tiba di markas dengan kondisi wajah sedikit babak belur. Baju seragamnya terlihat berantakan dan banyak bercak darah yang menempel. Dengan spontan, Ari, Rey dan Rici langsung bangkit berdiri dan menatap ketuanya dengan perasaan khawatir.
"Bet, lu kenapa? Pagi-pagi udah babak belur begini" Ari menghampiri Betrand dan meneliti wajahnya.
"Santai, luka kecil" balas Betrand seadanya.
Laki-laki itu langsung berjalan menuju meja kebesarannya dan menjatuhkan tubuhnya di kursi. Badannya sedikit pegal karena pertarungan yang tidak terduga pagi ini.
Saat Betrand hendak menuju sekolah, tiba-tiba dia dihadang oleh segerombolan siswa dari sekolah rival SMA Lentera Garuda. Ada sekitar 15 orang yang menghadang Betrand dan menyerangnya secara brutal. Beruntung, kemampuan beladiri Betrand di atas rata-rata, sehingga Betrand mampu mengalahkan mereka semua seorang diri. Meski Betrand sempat sedikit kuwalahan karena banyaknya lawan yang ia hadapi, namun berkat kelincahan dan kepintarannya dalam mengatur strategi, Betrand berhasil mengalahkan mereka semua meski harus membawa pulang sedikit luka lebam di wajahnya.
"Sialan mereka! Dari dulu gak pernah ada kapoknya nyari masalah sama sekolah kita. Apa kita perlu serang balik mereka, Bet? Kita kerahin semua anak-anak Lentera Garuda buat hancurin sekolah Pelita Sakti" wajah Rici tampak merah padam karena emosi. Di antara yang lain, Rici memang anggota yang paling mudah terpancing emosinya dan selalu bertindak gegabah.
"Gak perlu! Sekolah mereka gak se-level sama kita. Buang-buang waktu dan tenaga kalo kita nyerang mereka cuman karena masalah receh begini. Lagian, ada musuh yang jauh lebih tangguh dan perlu kita waspadai" tahan Betrand.
"Terus, sekarang kita harus gimana, Bet?" tanya Rey.
"Gak perlu gimana-gimana. Sejauh ini, suasana sekolah kita masih aman. Musuh bebuyutan kita yang satu itu juga belum menunjukkan adanya tanda-tanda pergerakan. So, kita fokus aja dulu sama sekolah kita, tapi tetep jangan sampe lengah!" mereka bertiga mengangguk patuh dengan perintah Betrand.
Mata Betrand berkeliling sejenak.
"Bima mana? Belum dateng dia?" Betrand menatap ke arah Ari, Rey dan Rici.
"Gak tau gue, Bet. Daritadi gue belum liat tu anak. Tapi, gue udah liat tadi motornya udah ada di parkiran" balas Rey.
Betrand hanya mengangguk.
"Eh...lu semua ngerasa gak sih? Akhir-akhir ini Bima sering ngilang dan jarang ngumpul sama kita. Tu bocah kenapa ya?" tanya Rici kepada yang lainnya.
"Sama sih, Ric. Gue juga ngerasa gitu. Malah, beberapa kali gue nge-gep-in dia lagi berduaan sama Zara. Tapi, katanya sih karena Zara minta diajarin materi pelajaran. Gak tau bener atau gak" Ari mengangkat kedua bahunya karena merasa aneh dengan tingkah Bima.
"Ya udah, percaya aja sama dia. Bima kan pinter, gue rasa sah-sah aja kalo ada adik kelas yang minta diajarin sama dia" ujar Betrand dengan bijak.
Setelah, merasa tidak ada yang perlu diobrolkan lagi, mereka bertiga kembali ke posisi mereka dan larut dalam kegiatan mereka masing-masing. Ari memainkan laptop di pangkuannya, sedangkan Rey dan Rici seperti biasanya, bermain game online di ponsel mereka masing-masing.
Ari langsung mengalihkan pandangannya saat tahu Betrand beranjak dari kursinya.
"Mau kemana lu?" Ari menatap ke arah Betrand.
"Ke lantai 1" jawab Betrand singkat.
"Ngapain? Nyamperin Anneth? Kan tu anak udah selesai masa jabatannya buat jadi aspri lu. Ngapain masih dicariin?" selidik Ari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
FanfictionApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...