34

1K 129 25
                                    

Lagi-lagi, Betrand duduk seorang diri di tengah ramainya suasana kantin. Ia menyeruput es jeruk yang tinggal tersisa setengah gelas, sembari menatap lurus ke depan. Pandangan dan pikirannya kosong, sehingga Betrand tidak terlalu memperhatikan siapa saja yang ada di sekitarnya dan apa yang mereka lakukan.

Biasanya, jam istirahat menjadi waktu yang paling ditunggu oleh Betrand dan dengan tidak sabar, dia akan segera menghampiri kelas Anneth lalu menghabiskan jam istirahat mereka berdua entah makan di kantin ataupun melakukan hal-hal yang menyenangkan. Tapi sekarang, jangankan untuk sekedar makan berdua di kantin, mengobrol dengannya pun Anneth tidak mau.

Merasa kesepian di tengah keramaian, nyatanya tidak menyenangkan. Tubuh Betrand memang ada di tengah-tengah kerumunan orang, namun hati dan pikirannya entah ada dimana. Yang jelas, Betrand merindukan Anneth. Dia ingin kembali menghabiskan waktu berdua bersama wanita pujaannya.

Betrand menghela napasnya.

"Sampai kapan sih harus kayak gini?" batin Betrand.

"WOOYYY...!!!" sebuah teriakan dan gebrakan kecil di mejanya, berhasil membuyarkan lamunan Betrand.

Betrand menoleh ke arah sang pelaku dan menatapnya datar. Sedangkan orang itu justru memasang wajah tidak berdosanya dan duduk di hadapan Betrand.

"Sendiri aja, yang lain mana?" orang itu mengambil gelas Betrand dan langsung meminum es jeruk miliknya yang tinggal tersisa sedikit.

Betrand hanya diam dan membiarkan orang itu menghabiskan minumannya.

"Lagi menjalankan tugas. Emang Ari gak ngasih tau lu?" tanya Betrand.

Orang itu menggeleng.

"Gak penting juga sih dan gue gak pernah mau tau kalo urusan kak Ari dan kalian semua itu gak jauh-jauh dari berantem. Jadi kak Ari udah tau, dia gak bakalan ngasih tau gue kalo dia lagi mau ngabisin orang atau berantem" jelasnya.

Betrand pun mengangguk paham.

"Btw, tumben Sell, lu ke kantin sendirian. Biasanya juga selalu bertiga" kata Betrand saat menyadari sesuatu.

Misellia menghembuskan napasnya kasar dan menatap malas ke arah Betrand.

"Lu lupa apa hilang ingatan? Kan gue kemarin udah cerita ke lu soal masalah gue sama Anneth" balas Misellia.

"Ya gue pikir lu udah baikan"

"Belum lah. Anneth tuh lagi sensitif banget akhir-akhir ini, gue belum berani ganggu dia dulu. Ntar kalo situasinya udah enakan, baru deh gue ngomong sama dia" Misellia tidak menatap ke arah Betrand dan justru sibuk dengan sisa es batu bekas es jeruk Betrand tadi.

"Buruan baikan deh lu berdua. Ntar kesannya di liat orang jadi gimana. Abangnya berantem, eh adeknya juga ikut-ikutan ngejauh" Betrand mencoba menasehati Misellia.

"Iya, gue juga tau soal itu. Tapi gak sekarang, situasinya lagi gak enak. Kalo gue ngomong sekarang, yang ada Anneth bakalan makin marah sama gue. Nah lu sendiri, kapan mau ngomong sama Anneth? Diem-diem mulu dari kemarin perasaan" Misellia menatap dengan serius ke arah Betrand.

Seketika Betrand terdiam.

Sejak kejadian kemarin, Betrand merasa percuma untuk menjelaskan semuanya kepada Anneth. Citra Betrand sudah terlanjur buruk di mata Anneth. Apapun yang nantinya akan dikatakan oleh Betrand, rasanya akan sia-sia karena bagaimana pun, Anneth akan tetap menganggapnya sebagai pembunuh dan orang jahat. Ditambah, Anneth juga merasa bahwa Betrand-lah yang menyebabkan Anneth celaka. Sepertinya, Betrand semakin tidak menemukan celah untuk berdamai dengan Anneth. Situasinya sudah terlanjur buruk dan sulit untuk diubah.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang