Hening. Siswa-siswi di kelas 10 IPA 1 sedang khusyuk untuk mengerjakan soal ulangan matematika di hadapan mereka. Bu Diah selaku guru yang mengajar di kelas mereka, tampak mondar-mandir untuk mengecek pekerjaan mereka semua dan memastikan tidak ada yang menyontek di ulangan kali ini.
Ada yang terlihat sangat serius menghitung rumus di kertas coretan, memastikan bahwa hitungannya tidak salah. Ada juga siswa-siswi yang mengacak-acak rambutnya karena frustasi melihat deretan angka-angka dari soal matematika di hadapan mereka. Bahkan, sangking putus asanya, ada beberapa siswa-siswi yang terlihat menghitung kancing seragam mereka untuk memilih jawaban dari soal pilihan ganda. Untuk soal uraian? Mereka mengarang bebas karena sudah menyerah dengan soal-soal yang ada.
'Teettt...teett' bel istirahat pun akhirnya berbunyi, membuat mereka semua yang di dalam kelas bernapas lega dan bersorak gembira di dalam hati.
"Baik, letakkan semua alat tulis kalian dan kumpulkan soal serta kertas jawaban kalian ke depan. Cepat!" perintah bu Diah.
Mereka semua segera beranjak dari kursi dan berbondong-bondong ke depan untuk mengumpulkan pekerjaan mereka di meja guru. Setelah memastikan semua murid telah mengumpulkan ulangan mereka, bu Diah segera merapikan kertas-kertas tersebut dan memasukkan ke dalam map yang sudah ia bawa.
"Kalo begitu, sekian pelajaran hari ini. Selamat beristirahat" bu Diah keluar dari dalam kelas 10 IPA 1.
Tanpa menunggu lama, sebagian dari mereka juga langsung keluar kelas untuk pergi ke kantin ataupun tempat lainnya yang ada di sekolah ini. Yang jelas, mereka tidak mau jika hanya menghabiskan waktu istirahat mereka di dalam kelas. Tapi, tidak jarang juga yang memilih untuk tetap tinggal di dalam kelas untuk tidur ataupun memakan bekal yang memang sudah mereka bawa dari rumah. Ada juga yang tetap tinggal karena sedang malas keluar kelas, contohnya Anneth, Zara dan Misellia.
"Gimana, Zar kondisi lu? Udah sembuh total?" tanya Misellia.
Zara mengangguk, "Seperti yang lu liat, gue udah gapapa"
Zara baru saja keluar dari rumah sakit setelah kejadian penyerangan yang dialaminya beberapa hari lalu. Meski masih merasa sedikit trauma, namun kondisi gadis itu sudah jauh lebih baik sekarang. Ditambah Bima yang selalu menjaganya hampir 24 jam nonstop, membuat Zara merasa aman dan tenang.
"Eh btw tumben nih si bucin belum ke sini" celetuk Misellia sambil menatap ke arah pintu kelasnya.
"Si bucin? Siapa maksud lu?" sahut Anneth.
Misellia menoleh ke arahnya dan tersenyum jahil kepada Anneth, "Bapak kos lu lah, siapa lagi. Biasanya, belum ada semenit bel istirahat bunyi, tu bocah udah nyampe sini aja, padahal kelasnya di lantai 3. Terbang gue rasa dia, makanya cepet gitu nyampe sininya"
"Heh, jangan gitu. Gitu-gitu juga abang lu tuh" Anneth menoel lengan Misellia.
"Hih enggak! Nih ya, sejak sama lu, Neth. Selain bucin parah, tu orang jadi random banget. Gue sampe capek liatnya. Ada aja tingkah anehnya tau gak?!" Misellia memutar bola matanya malas saat mengingat kelakuan-kelakuan random Betrand akhir-akhir ini.
"Tapi gapapa sih, mending yang sekarang daripada dulu. Kalo dulu mah songong, sok iye. Benci banget gue sama sifatnya yang dulu" sambung Misellia.
"Emang sifat kak Betrand dulu kayak gimana, Sell?" Zara terlihat penasaran dengan sosok Betrand yang dulu.
"Gak beda jauh sama yang lu liat di sekolah dulu. Brutal, kejam, songong, pokoknya sifat jelek semuanya nyangkut di dia deh. Makanya, kan dulu gue benci banget liat dia" jelas Misellia.
Memang benar, saat awal-awal masuk ke sekolah ini, Misellia memang sangat tidak suka dengan kelakuan-kelakuan Betrand di sekolah. Sangking bencinya, dia sampai tidak suka setiap kali melihat wajah Betrand. Hal itu juga terbawa sampai di rumah, membuat hubungan Betrand dan Misellia sempat renggang dan jarang bertegur sapa sekalipun mereka tinggal di rumah yang sama dan bertemu setiap hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
Fiksi PenggemarApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...