"Oh...jadi selama ini yang suka mata-matain kita tuh lu. Wah gak nyangka sih" Rey bertepuk tangan dan muncul dari balik tembok pemisah antara koridor loker dengan koridor kelas.
Seseorang yang semula hendak memasukkan sebuah amplop berwarna hitam ke salah satu loker, jadi tersentak kaget dan sampai menjatuhkan amplopnya ke lantai. Orang itu ingin mengambil amplopnya kembali, tapi dengan cepat Rey merampasnya terlebih dahulu.
"Eeiittss...!!" Rey mengambil amplop tersebut dan mengamatinya.
"Hmm...Spy Angels" gumam Rey.
"Kalo semua orang di sekolah ini tau, ternyata lu anggota Spy Angels gimana ya? Apalagi Spy Angels kan jadi inceran banyak orang tuh, karena suka nyebarin berita yang bikin heboh satu sekolahan. Siswa-siswi yang nyolong, selingkuh, bikin onar, semua ketauan gara-gara Spy Angels. Kalo sekarang giliran anggota Spy Angels yang ketauan gimana ya?" Rey menatap orang itu dengan senyumnya yang menyeringai.
"Bakalan heboh sih pasti, Rey. Parahnya sih, mereka bisa diserbu sama satu sekolah. Secara kan mereka dalang dibalik semua keributan yang ada di sekolah ini" timpal Rici yang berdiri di sebelah Rey.
Orang itu terdiam. Dia berbalik dan hendak kabur, tapi dengan cepat ketiga anggota Lengkara yang lain muncul di hadapannya dan menghadang langkahnya agar ia tidak bisa kabur.
"Mau kemana sih? Buru-buru banget" ujar Bima, yang berdiri di hadapan orang itu sembari melipat kedua tangannya di dada.
Orang itu segera memundurkan langkahnya, menatap ke arah Rey dan Bima secara bergantian. Dia sudah terkepung, tidak ada cara lagi untuk dia bisa kabur. Betrand melangkah maju menghampiri orang tersebut. Ia panik saat melihat Betrand mulai menuju ke arahnya, tapi dia juga tidak bisa berbuat apapun selain pasrah.
'Bugghh' Betrand menepuk pundak orang itu dengan kuat dan menatapnya dengan tajam.
"Kita gak ada niat buat nyakitin lu, tapi gue mohon, tolong kerjasama sama kita, Dam" tatapan Betrand berubah memohon.
"Ke-kerjasama apa, bang?" tanya Adam dengan gugup.
"Bawa kita ke markas kalian, ada yang perlu kita tanyain sama lu dan grup lu. Gue yakin, lu gak mungkin kerja sendiri kan? Setelah urusan kita sama Spy Angels selesai, kita gak akan ganggu kalian dan identitas kalian juga bakalan aman sama kita, gak akan tersebar kemana-mana. Gimana? Impas kan?" tawar Ari yang berdiri di belakang Betrand.
"Ta-tapi-"
"Gue mohon, Dam. Lu satu-satunya harapan biar gue bisa nyelametin Anneth" mata Betrand tampak berkaca-kaca, membuat hati Adam seketika luluh dan akhirnya mau menuruti permintaan Lengkara.
"Oke bang. Kalian silahkan dateng ke ruangan nomer 12 di lantai 2, deket lab biologi. Kita ada di sana" kata Adam.
"Thanks, Dam" Betrand tersenyum haru dan merangkul pundak Adam.
***
Saat ini, anggota Lengkara sudah berada di dalam markas milik Spy Angels. Mereka duduk saling berhadapan dan tampak serius terlibat dalam pembahasan. Di depan Lengkara, ada 6 orang yang merupakan bagian dari Spy Angels.
Di dalam ruangan ini, terdapat beberapa layar monitor yang di letakkan berjajar di atas meja, serta 3 buah kamera dengan berbagai merk dan tipe. Ada juga mesin printer dan juga papan lebar, dimana berbagai foto dan tulisan terpampang di sana. Ruangan ini lebih pantas disebut sebagai ruang redaksi, daripada sekedar 'markas'.
"Jadi, kedatangan kalian ke sini sampe repot-repot ngawasin kita, karena pengen tau siapa orang yang udah ngeletakin surat teror di loker Zara?" Damar selaku ketua dari Spy Angels menatap anggota Lengkara satu per satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
FanfictionApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...