Tubuh Betrand menggeliat, matanya mulai terbuka dan menatap seisi ruangan serba putih ini. Ah ya, dia baru ingat bahwa tadi sore Betrand dibawa ke rumah sakit usai bertarung melawan Boby. Betrand menoleh ke samping dan mendapati gadis kesayangannya sedang tertidur dengan menyandarkan kepalanya di sisi samping ranjang Betrand.
Betrand tersenyum dan tangannya hendak terulur untuk mengelus rambut Anneth, namun tiba-tiba ia mendengar notifikasi di ponselnya berbunyi. Buru-buru, Betrand mencari keberadaan ponselnya tersebut dan menemukannya di atas nakas di sebelah ranjangnya. Betrand segera meraih ponsel tersebut dan membuka notifikasi yang masuk.
Rupanya sebuah pesan dari salah satu anggotanya. Saat Betrand membuka pesan tersebut, ternyata orang itu hanya mengirimkan sebuah peta lokasi kepadanya.
"Ok" balas Betrand.
Betrand segera menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan turun dari ranjangnya dengan perlahan, agar tidak membangunkan Anneth yang masih tertidur. Lebih tepatnya, Betrand tidak ingin Anneth mengetahui rencananya sehingga ia sengaja untuk menyelinap pergi secara diam-diam.
Dengan langkah yang sangat pelan, Betrand berusaha mencapai pintu keluar dan membukanya dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara decitan yang bisa membangunkan gadis kesayangannya.
Saat keluar dari ruangannya, Betrand bertemu dengan beberapa anggota Lengkara, yaitu Davin, Saka, dan Fahmi.
"Tolong kalian jaga di depan sini, kalo nanti Anneth bangun dan nanya gue dimana. Jangan dikasih tau, ngerti?" perintah Betrand dengan suara pelan.
Davin, Saka dan Fahmi mengangguk mengerti.
"Lu yakin Bet mau ke sana sendirian?" tanya Saka sedikit ragu.
"Yakin! Yang punya masalah cuman gue sama dia, jadi gue gak mau libatin kalian yang gak ada sangkut pautnya di sini" balas Betrand.
"Tapi lu gak mau nunda gitu? Minimal sampe luka lu sembuh dulu. Kondisi lu juga agak parah bro" Davin memperhatikan Betrand dari atas kepala hingga kaki.
"It's okay. Gue gapapa. Ya udah, gue pergi dulu ya? Gue titip cewek gue, dia masih tidur di dalem" pamit Betrand.
"Hati-hati, bro!" Fahmi menepuk pundak Betrand.
Betrand mengangguk, kemudian pergi meninggalkan rumah sakit.
Setelah kepergian Betrand, Davin, Fahmi dan Saka memutuskan untuk duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang rawat Betrand sembari menunggu Anneth terbangun. Saat mereka baru saja duduk, pintu yang berada di sebelah ruangan Betrand terbuka dan menampakkan Misellia dan Ari yang baru saja keluar dari dalam ruang rawat. Spontan mereka bertiga berdiri dan mempersilahkan Ari untuk duduk.
"Gimana, bro? Udah gapapa badannya?" tanya Fahmi.
Ari mengangguk, "Udah aman. Tinggal pegel-pegelnya doang"
"Baguslah kalo gitu"
"Eh btw, kalian bertiga ngapain di sini kak? Disuruh sama kak Betrand apa gimana?" Misellia menatap kepada tiga laki-laki itu.
Mereka bertiga saling pandang.
"Iya, Sell. Disuruh jagain Anneth" jawab Davin dengan ragu.
"Dia...jadi ke sana kak?" bisik Misellia pelan.
Davin mengangguk kecil.
Raut wajah Misellia berubah tegang saat mengetahui bahwa Betrand benar-benar menjalankan rencananya. Kondisi fisiknya belum pulih benar pasca turnamen pertarungan atas, tapi laki-laki itu tetap nekat untuk pergi bahkan sendirian dan tidak mau didampingi oleh anak-anak Lengkara, membuat Misellia semakin cemas memikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
FanfictionApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...