45

1K 126 17
                                    

Hari ini, Betrand dan Anneth sudah diperbolehkan pulang di hari yang bersamaan setelah kurang lebih 4 hari mereka dirawat di rumah sakit. Kebetulan hari ini weekend, sehingga keenam sahabat mereka bisa datang untuk menjemput mereka di rumah sakit. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, keenam sahabat mereka terbagi dalam 2 kelompok untuk mendampingi kepulangan mereka berdua. Bahkan mereka menyusun strategi untuk memakai 2 pintu keluar yang berbeda agar semakin memperkecil kemungkinan untuk Betrand dan Anneth bertemu.

Di ruangan Betrand, ada Ari, Misellia dan Rici. Mereka bertiga membantu untuk membereskan barang-barang Betrand ke dalam tas dan mengurus beberapa administrasi yang perlu diselesaikan sebelum Betrand kembali ke rumah. Setelah semua urusan di rumah sakit selesai, Ari membantu Betrand untuk duduk di kursi rodanya, sementara Rici bersiap untuk mendorong.

"Pelan-pelan, Bet" Ari berusaha mendudukkan Betrand di kursi roda.

Setelah Betrand berhasil duduk, Ari membetulkan sedikit penyangga kaki di kursi roda Betrand, agar Betrand bisa meletakkan kakinya dengan nyaman.

"Thanks, Ri" ucap Betrand.

"Sama-sama"

"Btw, ini Rey sama Bima kemana? Tumben gak nonggol batang hidungnya?" Betrand mendongak untuk menatap wajah Ari dan Rici.

Ari dan Rici sempat saling melirik satu sama lain, sebelum akhirnya mereka menjawab pertanyaan Betrand dengan mantap agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Kalo Bima biasalah, lagi ngebucin sama Zara. Lagi mode manja Zara-nya. Kalo Rey, katanya tadi ada urusan penting, gak tau urusan apaan" balas Rici yang tentu saja berbohong.

Betrand hanya ber-oh ria mendengar jawaban Rici. Sedangkan Ari dan Rici tampak bernapas lega karena Betrand tidak curiga kepada mereka.

"Guys, udah semua nih. Yuk kita jalan sekarang?" kata Misellia tiba-tiba, yang ternyata sudah selesai menata barang Betrand ke dalam tas.

"Yuk!" sahut ketiga laki-laki itu serempak.

"Sayang, sini aku aja yang bawa tasnya" Ari mengulurkan tangannya untuk mengambil alih tas jinjing besar yang dibawa oleh Misellia.

"Makasih ya?" Misellia tersenyum dan menyerahkan tasnya kepada Ari.

"Duh...nasib jomblo, pagi-pagi udah liat yang uwu aja" gerutu Rici.

"Sabar Ric, nasib kita sama bro sekarang" sahut Betrand yang diakhiri dengan tawanya.

Mereka bertiga hanya terdiam. Mereka bingung untuk menanggapi perkataan Betrand karena takut salah bicara. Meski Betrand terlihat tertawa sekarang, tapi mereka sangat tahu bahwa itu bukanlah tawa bahagia yang biasa Betrand lontarkan. Melainkan tawa yang masih tersimpan banyak luka di dalamnya, namun sengaja ia paksakan untuk menutupi semua rasa sakit yang ada.

"Udah yuk, buruan. Mobilnya udah nunggu di lobby tau" desak Misellia, berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Yuk!" dengan semangat, Rici mendorong kursi roda milik Betrand.

Sedangkan Ari dan Misellia sudah berjalan lebih dulu di depan mereka.

Baru selangkah Ari dan Misellia keluar dari pintu, mata Ari langsung melotot karena kaget saat ia melihat bahwa Zara dan Bima juga keluar secara bersamaan dari ruang rawat Anneth. Ari langsung memberikan kode kepada Bima agar cepat dan segera pergi menuju lobby yang ada di pintu selatan, karena Betrand akan melewati pintu utama rumah sakit. Bima mengangguk dan ia langsung berdiri di sisi kiri Anneth, dengan maksud agar gadis itu tidak menyadari kehadiran Betrand yang juga baru saja keluar dari ruang rawat di sebelahnya. Begitu pula dengan Ari yang langsung menghalangi pandangan Betrand agar tidak menoleh ke sisi sebelah kanan.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang