Suasana koridor sekolah SMA Lentera Garuda yang semula diisi oleh canda tawa siswa-siswinya, kini berubah hening dan menegangkan. Dengan langkah cepat, Betrand berjalan melewati koridor, tidak peduli dengan banyaknya siswa-siswi yang mencoba untuk menyapanya. Sorot matanya sangat tajam, seperti sedang dipenuhi kemarahan, rahangnya juga mengeras. Di belakangnya, ada Rici, Ari, Bima dan Rey yang berjalan mengikuti Betrand.
Meski siswa-siswi yang berada di koridor tidak tahu dengan apa yang akan Betrand lakukan, tapi mereka ikut merasakan aura mencekam yang keluar dari diri Betrand. Tidak ada yang berani mendekat.
Hingga akhirnya, langkah Betrand dan keempat temannya berhenti di salah satu ruang kelas yang cukup berisik. Di dalamnya ada segerombolan pria yang sedang berkumpul dan saling tertawa sembari sesekali memukul-mukul meja dan bernyanyi. Tanpa basa-basi, Betrand segera memasuki ruang kelas tersebut.
"Eh bang Bet, mau join bang?" ujar seorang siswa dengan ramah.
"Bacot lu!"
'Sreeekkk' 'Braakkk' Betrand menarik kerah seragam siswa tersebut dan mendorong tubuhnya hingga jatuh menimpa salah satu meja.
"B-bang, ini ada apa sih? Kok lu nyerang gu-"
"Alah bacot lu anjing!" Betrand tidak memberikan kesempatan orang itu untuk mengatakan apapun.
'Bugghhh' sebuah pukulan yang sangat keras melayang ke wajah siswa tersebut.
"Bajingan lu! Dimana lu sembunyiin Anneth hah?!" Betrand menarik kerah seragam orang itu dan berbicara dengan nada tinggi. Mata Betrand mendelik tajam. Dirinya sudah benar-benar dikuasai oleh emosi.
"Ma-maksudnya bang?" orang itu terlihat sangat ketakutan melihat amarah Betrand.
"BANGSAT LU NABIL...!!! DIMANA ANNETH, ANJING!!! LU SEMBUNYIIN CEWEK GUE DIMANA??!!" kesabaran Betrand sudah terlanjur habis.
Betrand kembali memukuli Nabil dengan membabi buta. Nabil tidak sanggup melawan dan hanya pasrah saat Betrand melayangkan pukulan bertubi-tubi pada tubuhnya.
'Bugghh...bughh...bugghh' pukulan-pukulan Betrand benar-benar membabi buta. Dia tidak memberikan sedikit pun celah kepada Nabil untuk membalas pukulannya. Mungkin, beberapa waktu terakhir memang Betrand sudah berubah jadi seseorang yang bisa mengendalikan emosinya dan tidak selalu menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Tapi, dia tidak bisa tinggal diam saat ada orang yang berani menyentuh Anneth. Betrand sudah berjanji, jika ada yang berani bertindak macam-macam kepada Anneth, dia tidak akan segan-segan menghabisinya. Dan Betrand menepati janjinya itu sekarang.
"Bet...tahan, Bet!" Bima dan Ari langsung berlari dan menahan tubuh Betrand saat melihat pukulan Betrand sudah tidak terkendali.
"Lepasin gue, Bim, Ri! Orang ini harus mati!" Betrand mencoba memberontak.
"Tenang, Bet! Kalo lu bunuh Nabil sekarang, lu gak akan dapet informasi apapun tentang Anneth. Cukup! Mending sekarang kita bawa Nabil ke markas, kita intograsi dia di sana" nasehat Ari.
Tubuh Betrand langsung berhenti memberontak dan terlihat jauh lebih tenang sekarang.
"Rey, Rici, bawa Nabil ke markas!" perintah Betrand yang masih menatap tajam ke arah Nabil.
Rey dan Rici mengangguk patuh lalu segera membopong tubuh Nabil yang sudah tak berdaya, menuju markas mereka yang ada di lantai 4. Betrand, Bima dan Ari mengikuti mereka dari belakang, sembari Betrand terus berusaha ditenangkan oleh Ari dan Bima agar emosinya tidak sebrutal tadi dan bisa lebih tenang untuk mengintrogasi Nabil nanti.
Lagi-lagi, banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka saat mereka keluar dari ruang kelas Nabil. Keributan baru saja terjadi, wajar kalau banyak orang yang jadi ingin tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun, mereka juga tidak berani bertanya kepada Lengkara langsung karena bisa-bisa akan terjadi keributan yang selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
FanfictionApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...