'Braakkkk...!!!' pintu markas Lengkara yang berada di lantai 4, terbuka dengan sangat keras. Betrand muncul dengan nafas memburu. Ia segera masuk ke dalam markas dan segera menutup pintunya lagi dengan tidak kalah kencangnya.
"Arrrgghhh...kenapa??!! Kenapa hal ini harus terjadi? Gue kurang apa??!!" Betrand berteriak dan mengacak rambutnya frustasi.
Kondisinya saat ini cukup kacau. Rambut berantakan, seragam yang tampak kusut, serta mata memerah karena menahan tangis. Betrand duduk di sofa sembari memegangi dadanya. Dadanya kini terasa sesak, untuk sekedar bernapas pun rasanya sulit. Hatinya begitu sakit, apalagi saat harus kembali membayangkan kejadian tadi, dimana Anneth memutuskannya begitu saja tanpa alasan yang jelas.
Meski menyakitkan, Betrand tetap tidak bisa menangis. Membuat rasa sakit di dadanya semakin terasa tidak karuan. Dirinya sendiri bingung, kenapa ia tetap tidak bisa menangis padahal hatinya sudah sangat terluka. Apa mungkin ini karena orang tuanya dulu mendidiknya dengan sangat keras? Ia tidak boleh menangis sekalipun dirinya terluka.
Bahkan dulu, setiap kali Betrand menangis karena terjatuh dari sepedanya atau terluka karena hal lain, ayahnya akan memarahinya habis-habisan karena katanya, seorang laki-laki tidak boleh menangis dan harus kuat apapun yang terjadi. Jika Betrand tetap bersikeras untuk menangis, tidak hanya amarah yang akan ia dapatkan, tapi juga pukulan dan hukuman dari sang ayah. Mungkin itu sebabnya, alasan mengapa Betrand tidak pernah bisa mengutarakan rasa sakitnya dan terus memendamnya sendiri.
Tiba-tiba, Betrand merasakan nyeri di dadanya, seperti ada yang mencengkeram tepat di jantungnya. Dengan langkah yang sudah terseok, ia berusaha mengambil air minum di pantry, berharap rasa sakitnya akan mereda jika ia meminum air. Baru saja ia tiba di meja pantry, tubuhnya tiba-tiba limbung. Betrand mulai merasa pandangannya kabur dan sedetik kemudian, semuanya terasa gelap.
'Brukkk' tubuh Betrand jatuh ke lantai, tanpa ada seorang pun yang tahu.
***
Anneth baru saja memasuki ruang kelasnya dengan langkah yang sedikit gontai. Matanya sangat sembab, membuat Zara dan Misellia menatap heran sekaligus khawatir ke arah gadis itu. Bukannya tadi saat Anneth berpamitan akan pergi, dia baik-baik saja? Kenapa sekarang, Anneth justru terlihat seperti orang yang baru saja menangis? Pandangannya juga kosong.
Anneth duduk di bangkunya dan terlihat sangat lesu. Seperti tidak ada gairah di dalam dirinya. Misellia dan Zara langsung menghampiri meja Anneth untuk memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja atau tidak.
"Neth, are you okay?" tanya Zara.
Anneth hanya terdiam.
Zara melirik ke arah Misellia seolah bertanya, apa yang sedang terjadi pada Anneth. Namun, Misellia hanya mengangkat kedua bahunya, tanda ia juga tidak tahu apa yang sedang menimpa Anneth sehingga gadis itu tampak sangat murung.
"Neth..." Misellia menyentuh lengan Anneth. Namun, masih tidak ada respon dari gadis itu.
Hingga bel masuk tiba-tiba terdengar dan guru yang mengajar kelas mereka sudah masuk, memaksa mereka berdua menyudahi aksinya dan kembali ke bangku mereka masing-masing. Meski Zara dan Misellia sudah kembali ke bangku mereka, tapi tidak henti-hentinya mereka menatap khawatir ke arah Anneth. Apalagi, gadis itu tampak melamun dan terus diam sejak tadi.
Pak Andrew, selaku guru Sejarah Dunia yang mengajar di kelas 10 IPA 1, memulai pelajarannya. Akhirnya, Misellia dan Zara mau tidak mau memfokuskan pandangan dan konsentrasi mereka ke depan untuk memperhatikan pak Andrew yang sedang mengajar.
Anneth sama sekali tidak bisa fokus untuk mengikuti pelajaran hari ini. Pikirannya terus berputar pada kejadian tadi, dimana hubungannya dengan Betrand telah benar-benar berakhir. Rasanya, Anneth ingin kembali menangis saat mengingat kejadian tadi, namun itu semua tidak mungkin karena dirinya sedang ada di kelas sekarang. Tiba-tiba, Anneth merasakan nyeri pada ulu hatinya, bahkan seperti ada rasa terbakar di tenggorokannya. Beberapa kali Anneth merasa mual dan ingin muntah, karena tidak ingin terjadi hal yang tidak terduga, Anneth pun memutuskan untuk ijin ke toilet.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
FanficApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...