35

1.2K 142 30
                                    

Jam mata pelajaran ketiga sedang berlangsung. Tapi, khusus hari ini Betrand, Rey, Ari, Rici, Bima mendapatkan dispensasi karena mereka harus mempersiapkan turnamen pertarungan atas yang sebentar lagi akan digelar. Saat ini, mereka berlima sedang berada di dalam markasnya yang berada di lantai 4 dan terlihat sangat serius mengerjakan segala keperluan untuk turnamen nanti.

Di depan Betrand, sebuah laptop menyala dan menampilkan draft proposal dalam bentuk pdf yang baru saja Bima kirimkan kepadanya. Mata Betrand meneliti setiap isi dari proposal tersebut, memastikan tidak ada yang salah sebelum nanti mereka menyerahkan proposal itu kepada kepala sekolah untuk meminta persetujuan. Sedangkan anggota Lengkara yang lain juga sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ari merekap data pengeluaran dan pemasukan terakhir kali, agar anggaran yang tersisa cukup untuk turnamen nanti. Rey dan Rici sibuk menghubungi rumah sakit yang memang sudah terbiasa untuk bekerja sama dengan SMA Lentera Garuda untuk menyediakan ambulans dan tim medis saat pertandingan berlangsung, agar siswa yang terluka parah bisa langsung mendapatkan pertolongan secepatnya.

Saat sedang asyik berkutat dengan tugasnya, tiba-tiba pintu markas Lengkara terbuka dengan sangat lebar dan menampilkan Adam serta Rehan dengan nafas ngos-ngosan mereka dan raut wajah yang terlihat panik. Dahi Betrand berkerut, bingung dengan apa yang terjadi pada mereka berdua.

"Lu berdua kenapa? Dateng tiba-tiba, napas ngos-ngosan gitu. Ini masih jam pelajaran, bolos ya lu berdua?" tuduh Bima.

Mereka berdua menggeleng kuat.

"I-itu...a-anu bang..." perkataan Rehan terbata-bata membuat Betrand menatap jengah ke arahnya.

"Kalo ngomong yang bener, jangan ona anu gak jelas!" tegas Betrand.

Rehan meneguk ludahnya karena dimarahi oleh Betrand.

"Lu aja yang jelasin, Dam" bisik Rehan sembari menyenggol lengan Adam dengan sikunya.

"Itu bang...sekolah kita diserang sama anak-anak dari sekolah SMA Angkasa. Suasananya udah gak kondusif, bang. Ricuh banget" jelas Adam.

"APAAA??!!!" teriak anggota Lengkara serempak dan mereka spontan berdiri dari tempat duduknya.

Rehan mengangguk, membenarkan ucapan Adam, "Iya bang. Banyak kaca di kelas-kelas yang pecah karena dilempari batu. Kayaknya yang nyerang banyakan anak baru, makanya mereka gak tau aturan yang berlaku dan asal ngerusak fasilitas aja".

Mereka berlima shock mendengar info tersebut. Pasalnya, markas mereka terletak di lantai 4 sehingga mereka tidak bisa mendengar kegaduhan yang sedang terjadi di bawah. Akan sangat berbahaya jika SMA Angkasa menyerang sampai se-ricuh itu dan sangat berpotensi untuk melukai siswi-siswi perempuan.

Satu nama langsung terlintas di pikiran Betrand saat ia mendengar tentang kericuhan yang terjadi di sekolahnya. Tanpa pikir panjang, Betrand segera berlari keluar markas, tidak peduli jika ia harus sampai menabrak tubuh Adam dan Rehan yang masih berdiri di ambang pintu.

"ARII...!!! AMANIN MISELL...!!" teriak Betrand yang sudah berada di luar markas.

Ari yang sempat diam mematung mendengar berita dari Adam dan Rehan langsung tersadar ketika Betrand meneriaki namanya.

"Guys...kita evakuasi semua cewek-cewek ke tempat aman. Taruh mereka di gedung turnamen, karena di sana luas dan gak ada kaca. Jadi aman. SEKARANG!" komando Ari, menggantikan Betrand karena laki-laki itu sudah pergi duluan sebelum sempat memberikan komando kepada anggota Lengkara yang lain.

Rey, Rici dan Bima pun mengangguk setuju dan langsung berlari keluar markas untuk mengamankan siswi perempuan yang ada di SMA Lentera Garuda agar mereka tidak terkena imbas dari penyerangan SMA Angkasa.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang