41

997 126 20
                                    

Sudah beberapa hari terakhir, Anneth mendadak menghilang dan sangat sulit dihubungi. Berkali-kali Betrand mengirimkan pesan kepada gadis itu, namun tidak kunjung dibalas. Telepon darinya juga tidak pernah diangkat. Betrand sudah berusaha menemui Anneth, baik di rumahnya maupun di sekolah. Namun gadis itu selalu menolak kehadirannya. Anneth terus saja menghindar dari Betrand, membuat Betrand cukup frustasi.

Betrand sama sekali tidak tahu masalah apa yang terjadi di sini. Menurutnya, terakhir kali ia bertemu dengan Anneth, semua masih berjalan normal dan baik-baik saja. Entah apa yang membuat sikap Anneth berubah se-drastis ini kepadanya. Betrand sampai kehabisan ide dan cara untuk membujuk Anneth agar mau berbicara kepadanya, untuk menjelaskan permasalahan apa yang sebenarnya terjadi. Agar semuanya jelas dan Betrand bisa segera memperbaiki jika memang dirinya berbuat salah sampai membuat Anneth semarah ini kepadanya. Diam bukanlah solusi yang tepat dan justru semakin menimbulkan permasalahan lain.

"Arrrgghhh...!!" Betrand mengacak rambutnya frustasi.

Rey, Bima, Rici, Ari yang sejak tadi sibuk dengan urusannya masing-masing, langsung menoleh dan menatap Betrand dengan iba. Mereka sudah tahu tentang masalah yang menimpa hubungan Betrand dan Anneth. Tapi, mereka juga tidak bisa berbuat banyak, karena memang bukan ranah mereka untuk ikut campur dalam hubungan orang lain. Apalagi, mereka juga tidak tahu akar permasalahan dari hubungan keduanya. Jika mereka gegabah dan salah langkah, bukannya membantu untuk memperbaiki hubungan Anneth dengan Betrand, yang ada mereka bisa semakin memperburuk keadaan yang ada.

Tanpa berucap apapun, Betrand tiba-tiba bangkit dari duduknya dan segera keluar dari markas. Keempat anggota Lengkara yang lain hanya menatap kepergian Betrand dalam diam, karena mereka memang sengaja membiarkan laki-laki itu pergi untuk menenangkan pikirannya sejenak.

Betrand berjalan menuruni setiap anak tangga yang menjadi penghubung setiap lantai di sekolahnya. Saat ini, tujuannya adalah taman belakang sekolah. Betrand ingin menenangkan dirinya di sana. Baru saja Betrand tiba di lantai satu, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Anneth. Tubuhnya seketika membeku saat melihat Anneth berada tepat di hadapannya. Gadis itu juga tidak kalah shock-nya saat melihat keberadaan Betrand.

Senyuman di bibir Betrand seketika mengembang. Akhirnya, Betrand bisa kembali bertemu dengan Anneth meski tanpa sengaja.

"Neth..." Betrand meraih tangan Anneth.

Anneth sempat terdiam saat Betrand menggenggam kedua tangannya, namun dengan cepat ia langsung menepis tangan Betrand, membuat laki-laki itu membelalakkan matanya tidak percaya.

"Neth, kenap-" ucapan Betrand terhenti saat ia tanpa sengaja melihat jari kelingking Anneth.

Hatinya seketika teriris, saat tidak lagi melihat benang merah yang waktu itu Betrand berikan, melilit di jari kelingking Anneth. Jari gadis itu tampak bersih. Tidak ada satu helai benang pun tampak di sana. Dunia Betrand mendadak runtuh. Lidahnya terasa kelu, membuat Betrand kesulitan untuk mengeluarkan kata-katanya.

Belum sempat Betrand kembali bersuara, Anneth sudah lebih dulu meninggalkannya. Betrand hanya diam mematung di tempatnya sembari menatap sendu kepergian gadis itu.

Dadanya terasa sangat sesak, seperti ada ribuan batu yang menghantam dirinya dalam waktu yang bersamaan. Betrand ingin berteriak, namun tenggorokannya terasa tercekat. Bibirnya bergetar. Ingin sekali Betrand menangis, namun ia urungkan niat itu dan langsung bergegas menuju tempat tujuannya.

Betrand segera meraih kunci motornya yang ada di saku celana dan langsung naik ke atas motor kesayangannya. Ya, tujuan Betrand adalah parkiran. Ia tidak jadi ke taman sekolah dan lebih memilih untuk mengambil motornya. Pikiran Betrand sudah sangat kalut sekarang. Dia merasa tidak sanggup untuk berada di sekolah hari ini, sehingga ia memutuskan untuk membolos dan pergi entah kemana.

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang