Kehebohan di sudut kantin, mengalihkan perhatian Anneth, Misellia dan Zara yang baru saja tiba di kantin. Di sana, mereka melihat seorang laki-laki yang sedang dikerubungi oleh beberapa orang dan menjadi bahan tontonan serta tertawaan semua orang. Anneth merasa geram akan hal itu. Dia memang sudah terbiasa dengan suasana sekolah yang penuh dengan kekerasan, tapi sampai detik ini, Anneth paling tidak bisa menerima segala bentuk bully-an ataupun penindasan terhadap kaum yang lebih lemah. Karena sudah jengah melihat pemandangan yang seperti itu, Anneth pun bergegas menghampirinya.
'Greepp' sebuah tangan menghentikan langkah Anneth.
"Mau kemana?" sebuah suara tegas berhasil membuat Anneth menoleh ke arahnya.
Ternyata orang itu adalah Betrand.
"Mau ke sana kak" Anneth menunjuk ke arah kerumunan di sudut kantin.
"Gak perlu. Udah lu duduk aja" titah Betrand.
"Gak bisa dong kak. Anak itu lagi dibully, masa kita diem aja sih. Sampe dilucuti gitu pakaiannya. Bukannya dibantu, malah diketawain sama mereka. Lucunya dimana coba" protes Anneth.
"Biarin aja, bukan urusan kita juga. Lagian wajar kali dia digituin. Kalo gue liat-liat, dia anak kasta bawah tanah" ucap Betrand santai.
"Terus kenapa kalo dia dari kasta bawah tanah kak?!" Anneth tampak tidak senang mendengar ucapan dari Betrand.
"Apa karena dia dari kasta bawah tanah, dia pantes gitu diperlakuin kayak gitu? Lu mandang mereka sebagai apa sih kak? Cuman karena kemampuan bela diri mereka gak sehebat lu, lu langsung mandang rendah mereka gitu? Lu mikir kalo mereka bebas diapain aja untuk memenuhi kesenangan kalian? Iya?! Picik juga otak lu ya kak! Jadi males gue ada di sini, ngeliatin lu sama manusia-manusia sok dewa ini" Anneth menunjuk anggota Lengkara yang berdiri di belakang Betrand satu per satu dan langsung pergi meninggalkan mereka semua, termasuk Zara dan Misellia.
"Yah mampus, diamuk sama Anneth kan" sindir Misellia sambil melirik ke arah Betrand.
Melihat kepergian Anneth, Betrand hanya berdiri di tempatnya dan kebingungan harus berbuat apa. Bahkan sindiran dari Misellia tidak cukup ampuh untuk membuatnya bergerak.
"Kejar, bego!" Ari memukul kepala Betrand.
Seperti sedang dihipnotis, Betrand langsung berlari keluar kantin tanpa berucap apapun. Betrand terus berlari tanpa arah, hingga akhirnya langkahnya berhenti di tepi lapangan sepak bola. Ia tampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sambil menoleh ke kanan-kiri, seperti orang yang sedang kebingungan.
"Goblok, maen lari-lari aja. Gue kan kaga tau Anneth kemana" Betrand mendengus kesal.
"Duh...gue cari tu bocah kemana yak? Sekolah ini kan gede, ya kali gue cek satu-satu. Bisa gempor kaki gue" monolog Betrand.
Hingga, segerombolan siswa kelas 10 lewat di hadapannya dan Betrand pun langsung menghentikan langkah mereka, membuat raut wajah mereka berubah menjadi ketakutan.
"Lu pada ada yang liat Anneth gak?" tanya Betrand kepada mereka semua.
Hening. Belum ada yang mau untuk menjawab pertanyaan Betrand.
"Anneth, anak kelas 10 IPA 1. Liat gak?" tanya Betrand sekali lagi.
"Ke-ke taman kak" dengan takut-takut, seorang siswa di antara mereka menjawab pertanyaan Betrand.
Tanpa mengucapkan terima kasih, Betrand langsung berlari begitu saja menuju taman belakang sekolah. Meski di sekolah ini ada dua taman, tapi mengingat apa yang sedang dialami Anneth barusan, Betrand yakin bahwa Anneth sedang berada di taman belakang sekolah sekarang. Karena taman itu sepi dan jarang dikunjungi oleh siswa-siswi yang lain. Sehingga, sangat pas dijadikan untuk tempat menyendiri dan menenangkan pikiran sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara [END]
FanfictionApa jadinya jika sebuah sekolah yang biasanya hanya fokus pada urusan akademik, justru memiliki tingkat kasta di dalamnya? Dimana mereka yang memiliki kasta paling rendah, akan menjadi 'sampah' dan diinjak-injak oleh mereka yang memiliki kasta lebih...