32

1K 138 45
                                    

Di salah satu ruangan yang terdapat di sebuah bangunan bekas pabrik, dengan pencahayaan yang minim, seorang laki-laki duduk dengan angkuhnya di sebuah kursi kayu yang sudah agak reyot dimakan usia. Di hadapannya, seorang gadis cantik dengan tangan dan kaki yang terikat, serta lakban yang menempel pada mulutnya. Laki-laki itu tersenyum menyeringai.

Laki-laki itu bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah gadis itu. Tangannya dengan cepat mencengkeram pipi gadis itu dan mendongakkan wajah gadis itu secara paksa agar menatapnya. Wajah gadis itu tampak sembab dan basah oleh air mata yang sejak tadi tidak henti-hentinya luruh dari kedua mata indahnya. Rasa takut dan sakit, semuanya menjadi satu padu. Dia tidak mengenal laki-laki di hadapannya ini, dia juga tidak tahu alasan mengapa dia sampai disekap seperti ini. Padahal ia merasa tidak memiliki seorang musuh pun.

Dengan kasarnya, laki-laki itu menghempaskan wajah gadis itu dan berjalan mengitarinya dengan perlahan.

"Anneth Delliecia, pacar dari seorang Betrand Putra Alfonsius..." ujar orang itu.

"Denger-denger sih, katanya Betrand ketua gangster yang paling ditakuti ya. Tapi kok, gampang banget sih buat nyulik ceweknya? Antara Betrand yang gak becus jagain lu, atau dia gak peduli sama lu?" laki-laki itu berhenti dan menatap wajah Anneth dari dekat. Sangat dekat, hingga Anneth memalingkan wajahnya agar tidak bersentuhan dengan wajah laki-laki itu.

Tawa menggelegar tiba-tiba terdengar, membuat Anneth sedikit ngeri mendengarnya. Laki-laki itu berjalan membelakangi Anneth dan kembali duduk di tempatnya semula. Ia kembali menatap Anneth dengan seksama.

"Lu tau kenapa gue harus repot-repot nyulik lu gini?" tanya orang itu.

Anneth hanya diam, tidak bergeming.

Laki-laki itu geram melihat Anneth yang hanya diam dan tidak merespon pertanyaannya. Dia segera beranjak dari kursinya dan langsung menjambak rambut Anneth dengan kuat, membuat gadis itu merasa kesakitan. Anneth ingin berteriak dan meminta ampun, tapi mulutnya dilakban sehingga tidak bisa mengeluarkan suara sedikit pun. Air mata kembali mengalir deras di pipi Anneth.

"Kak, tolongin aku" batin Anneth.

"Jawab pertanyaan gue, anjing! Gue paling gak suka ya kalo gue diabaikan. Ngerti lu?!" laki-laki itu menatap Anneth dengan tajam.

Anneth hanya mengangguk seraya menahan rasa sakit di kepalanya, karena rambut Anneth masih dicengkeram dengan kuat oleh laki-laki itu.

"Ini semua gara-gara cowok lu! Kalo bukan karena dia, gue gak mungkin repot-repot ngelakuin ini semua! Gak ada untungnya buat gue nyulik lu! Lu itu cuman alat gue buat bales dendam ke Betrand, biar dia juga rasain apa yang  gue rasain selama ini!" laki-laki itu melepaskan jambakannya di rambut Anneth dan mendorong kepala Anneth cukup keras. Anneth hanya bisa pasrah diperlakukan sekasar itu.

"Cowok lu itu pembunuh!"

"DIA PEMBUNUH!! DIA UDAH BUNUH ABANG GUE, DIA HANCURIN HIDUP GUE!! DIA PENJAHAT KEJAM!!" laki-laki itu berteriak tepat di depan wajah Anneth, membuat gadis itu seketika memejamkan matanya karena ngeri melihat laki-laki itu mengamuk.

Laki-laki itu kemudian berjongkok dan menatap wajah Anneth yang sedang menunduk.

"Lu tau, Neth? Demi sebuah jabatan, Betrand rela ngebunuh abang gue! Iya. Abang gue adalah pemimpin di SMA Lentera Garuda, tepat satu periode di bawah Betrand" ujar laki-laki itu.

"Sudah menjadi tradisi, kalo pemimpin di sekolah itu lulus, maka mereka harus cari pengganti. Caranya adalah dengan bertanding di turnamen pertarungan atas. Sebagai murid di SMA Lentera Garuda, gue yakin, lu tau tentang turnamen itu" orang itu bangkit dan kembali duduk di kursinya .

Lengkara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang