prolog

6.4K 288 2
                                    

Namaku Distya Widutami, teman-teman ku biasa memanggilku Dista. Aku bukan gadis cantik seperti di kebanyakan novel, aku juga bukan anak dari konglomerat, dan aku juga bukan siswi pintar yang terkenal di sekolahku. Aku ... hanyalah gadis 17 tahun yang yatim-piatu dan tinggal di panti asuhan sejak aku berusia 2 bulan. Kalau kata orang-orang, anak yatim-piatu biasanya selalu mempunyai rejeki dan kebahagiaan yang tak terduga. Tetapi ternyata itu semua tidak berlaku untuk ku. Aku, tak pernah mendapatkan kebahagiaan sedikitpun.

Kenapa bisa begitu? Ya, pertama saat usiaku 8 tahun, aku diadopsi oleh sebuah keluarga yang tidak bisa memiliki anak. Tetapi, aku malah hanya dijadikan sebagai pembantu dan pesuruh di rumah mereka.

Kedua, aku kehilangan ibu panti yang sudah merawat ku sejak kecil ketika usiaku 11 tahun. Memang digantikan dengan ibu panti lainnya, tapi rasa sayangku kepada beliau sudah melebihi rasa sayangku pada diriku sendiri.

Ketiga, teman sekamarku–sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri. Dia meninggal bunuh diri saat usiaku 13 tahun.

Keempat, aku mau diadopsi lagi tapi aku sudah trauma. Jadi, aku memutuskan untuk menolaknya. Disitu, ibu panti sangat marah kepadaku.

Kelima, usiaku sudah 17 tahun dan disinilah semuanya dimulai. Panti asuhan mengalami kebakaran sehingga semua anak panti sekaligus aku harus berpindah tempat. Alhasil, aku juga harus pindah sekolah.

Disinilah puncak dari kehancuran ku. Di hari kedua, teman sekolah ku yang baru aku kenal dengan paksa merebut kehormatan ku. Aku sakit? Sungguh. Aku emosi? Pasti. Aku takut? Semua perasaan itu hinggap di otakku. Aku takut semua orang kecewa kepadaku, aku takut aku kehilangan masa depanku, aku takut apa yang aku impikan tidak terkabul sedikitpun.

Dan kalian tahu? Ketakutan ku menjadi nyata.

Aku hamil

Aku tidak tau harus bagaimana. Sialnya lagi, ibu panti mengetahuinya. Kalian mau tau? Aku ... benar-benar diusir dari panti. Aku takut, sungguh aku ketakutan. Tidak ada satupun teman baruku yang mengetahuinya. Hanya satu orang teman lamaku yang mengetahuinya, parahnya lagi dia malah mendatangi sekolahku. Dan mengumumkan tentang kehamilan ku.

"Tara, sudah!! Tara aku takut."

Aku terus saja menahan lengannya agar ia tidak melanjutkan langkahnya memasuki ruang kepala sekolah. Seluruh siswa-siswi tak terkendali, mereka menyaksikan kami. Seolah-olah sedang menyaksikan sebuah pertunjukan gratis.

"NGGAK, DISTA! COWOK BRENGSEK ITU HARUS TANGGUNG JAWAB SAMA KEHAMILAN LO!" teriak Tara membuatku segera menutup wajahku dengan takut. Tubuh ku bergetar hebat. Guru-guru sudah keluar dan menahan Tara agar tidak mengamuk di depan ruang kepsek.

"Sudah sudah, jangan membuat kericuhan!" Bu Alfin, wali kelasku menahan tubuh Tara.

"DISTA HAMIL, BU! DAN ITU SEMUA GARA-GARA COWOK SINI!" tutur Tara dengan suara keras. Dia tak peduli semua mata menyaksikannya.

Mendengar penuturan dari Tara, perlahan pegangan tangan Bu Alfin mengendur. Dia membiarkan Tara yang sudah menangis menghampiri ku dan memeluk ku.

"Kalian tahu? Dista itu hanyalah anak yatim-piatu, dan gara-gara cowok brengsek itu, Dista harus di usir dari panti!" Tara terisak, bersama denganku yang tubuhku masih bergetar hebat.

Bu Alfin menatapku dengan penuh rasa sakit. Aku dapat melihat dari tatapannya yang ditujukan kepadaku. Perlahan, Bu Alfin mendekatiku dan mencoba melepaskan pelukan Tara dari tubuhku.

"Maaf, Dista. Kenapa kamu tidak mengatakannya kepada Ibu?" tanya Bu Alfin.

Aku hanya menggeleng pelan, suaraku tak bisa keluar.

"Coba bilang sama Ibu, siapa yang sudah jahat kepada kamu, Dista?" Sekali lagi aku menggeleng. Karena aku tak tahu keberadaannya sekarang.

"Dista, tolong. Ibu minta tolong sama kamu, kamu mau dia tanggung jawab, kan?"

"Harus, Bu!" Tara yang menjawab, Bu Alfin hanya meliriknya sekilas.

"Ayo, tunjukan siapa yang sudah melakukannya, Dista?" ulang Bu Alfin berusaha bertanya.

Terpaksa, aku menyebutkan satu nama yang membuat mereka semua tercengang mendengarnya.

"A-Andrian."

"ANDRIANN! Kesini kamu!" Pak Malik–guru BK itu langsung menarik seorang laki-laki untuk mendekat kepada kami. Namun bukan itu yang membuatku kaget sekaligus kebingungan.

Cowok yang ku sebut namanya, bukanlah cowok yang malam itu merebut kehormatan ku.

***

Maaf kalau typo
🦋🦋🦋

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang