Hari ini adalah hari pertama bagi Andrian mengikuti ujian akhir semester. Laki-laki itu belajar hingga larut malam. Meskipun Dista sudah diperintahkan untuk tidur, namun wanita itu diam-diam melihat Andrian yang fokus belajar. Alhasil, pagi ini Andrian bangunnya kesiangan. Memang tidak akan telat untuk pergi ke sekolah, tapi jika Andrian belum menyiapkan peralatan sekolahnya, maka laki-laki itu sudah dipastikan akan terlambat.
Dista, ia sudah bangun terlebih dahulu. Menyiapkan keperluan sekolah untuk Andrian. Sambil sesekali memperhatikan Andrian yang masih sangat nyaman dalam selimut tebalnya.
Dista berjalan mendekati ranjang. "Andrian, bangun." Dista berbicara dengan sangat lembut. Karena sepengetahuannya, membangunkan seseorang itu memang harus hati-hati.
"Enghhh...." Andrian menggeliat hebat. Tapi matanya malah semakin terpejam.
"Andrian ih! Bangun!" Kali ini suara Dista lebih kencang dari sebelumnya. Entahlah, akhir-akhir ini memang Dista suka cepat emosi.
"Hemmm." Andrian membuka matanya, dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah cantik Dista. Dan bahkan wanita itu tersenyum manis, menambah keindahan pagi Andrian.
"Udah pagi yah?" tanya Andrian. Dista hanya mengangguk. "Cepet bangun! Ntar terlambat loh, kan hari ini hari pertama ujian. Ayooo bangunnn!" Dista menarik lengan Andrian. Andrian dengan malas mengganti posisinya menjadi duduk.
"Jam berapa, sih?" tanya Andrian dengan nada malas.
"Jam enam seperempat."
"HA? ASTAGA GUE TELAT!" Andrian meloncat dari atas ranjang dan langsung memasuki kamar mandi.
Dista terkekeh sambil menggelengkan kepalanya melihat Andrian yang panik. Melihat Andrian panik, adalah kebahagiaannya sendiri.
"Astaga, pasti dedek yah?" Dista mengelus perutnya. Ia kembali melanjutkan kegiatannya, menyiapkan buku-buku juga seragam sekolah Andrian yang sudah disetrika.
Beberapa menit kemudian ....
"Taaa, gawat!" Andrian yang sudah memakai seragamnya tampak semakin panik ketika mengingat bahwa bukunya belum ia siapkan.
"Apa, Andrian?" Jawaban Dista terdengar sangat santai, membuat Andrian sedikit kesal.
"Buku gue belum siap!" cetus Andrian.
"Ini." Dista menyerahkan tas ransel kepada Andrian. Andrian membelalakkan matanya kaget.
"Kok?"
"Iya, aku yang siapin dari tadi."
Andrian menatap Dista. "Berarti lo bangun dari tadi pagi yah, Ta?" Dista mengangguk. "Sorry, Ta. Harusnya gue yang bangun lebih pagi, lo pasti capek." Andrian mendekati Dista dan mengelus tangan wanita itu.
"Nggak pa-pa, kan udah jadi tugas aku sebagai istri kamu."
Andrian menahan senyumnya. Ia menggigit bibir bawahnya sendiri. "Gue ... gue suka lo bilang kalau lo istri gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...