Hari demi hari terus berlalu. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti Minggu, dan Minggu berganti bulan. Kini usia kandungan Dista sudah memasuki bulan ke lima. Perutnya juga lebih besar dibanding sebelumnya, yah karena usianya juga kan. Dan sejauh ini, menurut Dista Andrian malah semakin perhatian kepadanya. Entah mungkin hanya pikiran Dista saja, tapi demi Tuhan. Andrian bahkan rela bangun tengah malam hanya untuk mengabulkan keinginan Dista yang ingin memakan cilok malam-malam. Dan bayangkan saja, mana ada orang berjualan cilok jam 1 malam?
"Ta, jangan aneh-aneh yah? Yang lain aja deh." Andrian masih sibuk merayu Dista yang tak mau mengganti keinginannya.
Dista menggeleng berkali-kali. "Andrian ih, kan aku pengennya cilok, masa iya makan mie sedap? Kan nggak enak!"
Andrian mengacak rambutnya frustasi, jika tidak dituruti maka yang ia pikirkan adalah bayi Dista, jika dituruti ... lantas ia harus mencari ke mana?
"Cariin ...." Dista merengek kepada Andrian. Andrian yang melihatnya tentu saja tak tega.
Ia menghembuskan napasnya dengan pasrah. "Oke, gue akan cari. Tapi lo nggak boleh ikut yah?" Dista mengangguk tanda setuju.
"Andrian nyarinya kemana?"
"YA LO PIKIR AJA ANJRIT, DIMANA ADA ORANG JUALAN CILOK JAM SEGINI?!" Tapi tenang, Andrian hanya berbicara di dalam hati saja. Karena kalimat yang keluar dari mulut Andrian adalah ...
"Kemana aja, Ta. Asalkan nemu." Bahkan laki-laki itu tersenyum, yaaa walaupun dipaksakan, sih.
"Yeyyy! Makasih, Andrian. Aku tunggu deh!"
Andrian mengangguk. "Tunggu yah, gue nyari dulu." Tangannya mengelus puncak kepala Dista. Dista hanya mengangguk saja.
Setelahnya, Andrian benar-benar mencari keberadaan orang yang berjualan cilok tengah malam. Dan seperti yang kita semua pikirkan, tidak ada satupun orang berjualan di pinggir jalan bahkan di rumahnya sendiri. Andrian menghentikan motornya di tepi jalan yang sangat sepi, hanya ada satu dua kendaraan yang lewat. Ia menutup wajahnya frustasi, hampir menangis karena tak tahu harus pergi ke mana lagi. Melihat jam di ponselnya, sudah menunjukkan pukul 1:34. Itu tandanya, hampir setengah jam ia mencari-cari sesuatu yang tak seharusnya ia cari tengah malam seperti ini.
"Kemana lagi ini?" gumamnya sembari mengotak-atik ponselnya. Karena gabut sekaligus bingung harus melakukan apa, Andrian membuka satu persatu kontak teman-temannya. Sampai ada satu kontak yang masih menandakan bahwa pemilik nomer tersebut masih aktif WhatsApp.
Andrian tersenyum kesenangan, lalu ia segera mengechat nomer tersebut.
Indah MIPA 3
P
Iy?
Sorry chat tengah malem gini
Gw mau tanya2Tanya aja
Lo tau ga orang jualan cilok tengah malem gini?
Ha? Gila lo nyari cilok tengah malam gini?
Anu
Buat apa sih?
Itu
Bini gw ngidam, Lo tau kan?Ah
Iya-iya gue tauTapi gue nggak tau dimana orang jualan cilok jam segini
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess
Teen FictionDistya Widutami, siswi baru di SMA 7 Harapan yang harus kehilangan mahkotanya karena direbut paksa oleh Afiga. Dia marah, sedih, takut, semua perasaannya campur aduk. Dan satu lagi, orang yang bertanggungjawab atas kehamilannya bukan pelaku sesungg...